Jakarta, Kabapedia.com – “Modal Cekak, India Taklukkan Bulan: Nasa Disalip India?” India mengejutkan dunia dengan keberhasilannya mendaratkan wahana penjelajah bulan Vikram dari misi Chandrayaan 3 pada 23 Agustus 2023. Keberhasilan ini menempatkan India sebagai negara keempat yang mencapai bulan, sekaligus menjadi negara pertama yang berhasil mendarat di Kutub Selatan bulan, sebuah wilayah yang diyakini menyimpan cadangan air es berharga untuk misi antariksa masa depan.
Baca juga:
Apa yang lebih mencengangkan adalah India hanya mengeluarkan biaya sekitar 75 juta USD untuk misinya, lebih murah dibandingkan biaya produksi film-film Hollywood seperti Gravity dan Interstellar. Keberhasilan ini tak lepas dari ketekunan dan kreativitas para ilmuwan India, yang mengembangkan program antariksa dengan anggaran terbatas.
Ambisi India untuk menaklukkan ruang angkasa bukanlah hal baru. Sejak 1960-an, India diam-diam berusaha mengejar ketertinggalannya dari Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam perlombaan antariksa. Namun, dengan keterbatasan teknologi, infrastruktur, dan sumber daya manusia, ambisi itu awalnya terlihat mustahil.
Segalanya berubah pada 1969, ketika India mendirikan ISRO (Indian Space Research Organization) di bawah kepemimpinan Jawaharlal Nehru dan ilmuwan terkemuka Dr. Vikram Sarabhai. Fokus ISRO adalah memanfaatkan teknologi luar angkasa untuk pembangunan nasional, terutama dalam komunikasi, pengamatan bumi, dan meteorologi. Puncaknya, pada tahun 1975, India meluncurkan satelit pertamanya, Aryabhata, dengan bantuan roket Uni Soviet. Lima tahun kemudian, India berhasil mengembangkan roket sendiri untuk meluncurkan satelit Rohini ke orbit rendah.
Meski terus berhadapan dengan keterbatasan anggaran, ISRO tetap melaju. Misi Chandrayaan 1 pada 2008 berhasil mendeteksi jejak air es di bulan, sebuah temuan yang penting bagi eksplorasi luar angkasa. India terus mengembangkan misinya, dari Chandrayaan 2 hingga sukses Chandrayaan 3. Tak hanya di bulan, India juga telah mengarahkan pandangannya ke Mars dengan Mangalyaan dan proyek ambisius Gaganyaan untuk mengirim manusia ke luar angkasa.
Kritik yang dialamatkan pada proyek antariksa India sering kali berpusat pada anggaran, dengan banyak yang berpendapat bahwa dana tersebut sebaiknya dialokasikan untuk mengatasi kemiskinan di negara dengan populasi lebih dari 1,4 miliar orang. Namun, pemerintah India percaya bahwa investasi di sektor antariksa akan memberikan manfaat ekonomi dan teknologi di masa depan, termasuk peningkatan daya saing internasional dan kemajuan sektor teknologi.
Di tengah keterbatasan dana, India harus mengandalkan kreativitas dan inovasi lokal. Mereka kerap terhambat oleh geopolitik yang membatasi akses ke teknologi canggih, serta tantangan birokrasi dalam negeri. Namun, ISRO berhasil memanfaatkan setiap sen dengan efisien, melibatkan perusahaan-perusahaan lokal dalam merancang, memproduksi, dan menguji komponen penting misi mereka. Pemerintah India juga mendorong partisipasi sektor swasta dalam program antariksa, membangun ekosistem teknologi yang mandiri dan inovatif.
Sukses misi Chandrayaan 3 semakin memperkuat posisi India di arena antariksa global. India terus melanjutkan ambisinya dengan meluncurkan misi Aditya L1 ke Matahari, dengan biaya 46 juta USD, untuk mempelajari radiasi matahari dan cuaca antariksa yang dapat memengaruhi satelit dan iklim bumi.
Dari keberhasilan India, ada tiga pelajaran penting yang bisa dipetik:
- Konsensus Nasional adalah Kunci: India berhasil memobilisasi seluruh elemen bangsa untuk mendukung program antariksa, dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat.
- Anggaran Terbatas Bukan Halangan: Dengan inovasi dan efisiensi, India berhasil meluncurkan misi-misi besar dengan biaya yang jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain.
- Mandiri dengan Teknologi Lokal: India mampu menciptakan ekosistem teknologi antariksa yang kuat dan mandiri, mengurangi ketergantungan pada teknologi impor.
Baca juga:
- Strategi The New York Times, Berjaya saat yang lain Mati!!
- Strategi Anti-Trend Uniqlo Bikin ZARA Tekuk Lutut!!
Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi Indonesia untuk belajar bagaimana mengembangkan ekosistem teknologi yang mandiri dan berinovasi, meskipun dengan sumber daya yang terbatas. Kolaborasi dan konsensus nasional adalah kunci untuk mencapai kemajuan besar di berbagai sektor strategis. [isr]
Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network