Kabapedia.com – Pada akhir 1980-an, IBM mulai mengalami penurunan tajam, yang memuncak pada tahun 1993 ketika perusahaan mencatat kerugian sebesar 8,1 miliar dolar AS—tahun terburuk dalam sejarah IBM. Para investor mendesak CEO baru, Louis V. Gerstner Jr., yang saat itu baru saja diangkat, untuk memecah perusahaan menjadi unit-unit bisnis yang lebih kecil. Namun, Gerstner menolak, meyakini bahwa langkah tersebut justru akan menghancurkan IBM. Di tengah tekanan dan kecaman dari berbagai pihak, Gerstner melakukan berbagai inovasi dan manuver bisnis yang akhirnya membawa IBM bangkit kembali dalam salah satu transformasi bisnis paling fenomenal dalam sejarah.
Baca juga:
- Strategi Anti-Trend Uniqlo Bikin ZARA Tekuk Lutut!!
- Sejarah dan Profil Brand Fesyen Ternama Dunia Uniqlo
IBM adalah raksasa teknologi dunia yang berjaya selama tiga dekade, dari tahun 1950-an hingga 1980-an, dengan menguasai lebih dari 70% pangsa pasar komputer global. Keberhasilan ini didorong oleh produk-produk yang andal dan layanan yang memuaskan, serta inovasi seperti IBM System/360 pada tahun 1964 dan IBM PC pada tahun 1981. Namun, seperti halnya fenomena alam, tidak ada kejayaan yang abadi. Ketika para pesaing seperti Dell dan Compaq mulai menawarkan produk yang lebih murah dan efisien, IBM yang terlalu bergantung pada penjualan mainframe mulai tertekan. Pendapatan mereka turun 27% pada tahun 1986, dan sejak saat itu, hingga awal 1990-an, IBM terus merugi hingga mencapai puncaknya pada tahun 1993.
Dengan kerugian yang besar dan CEO yang mengundurkan diri, IBM harus segera mencari pemimpin baru. Setelah proses seleksi yang hati-hati, pilihan jatuh pada Louis V. Gerstner Jr., seorang eksekutif yang sebelumnya memimpin perusahaan di bidang makanan, rokok, dan keuangan, tanpa pengalaman di industri teknologi. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, termasuk kalangan internal IBM, yang meragukan kemampuan Gerstner memimpin raksasa teknologi ini.
Namun, Gerstner justru merasa tertantang untuk membuktikan kemampuannya. Setelah melakukan pengamatan dan analisis, ia menyimpulkan bahwa masalah utama IBM terletak pada budaya kerjanya yang tidak jelas antara kerja tim dan ambisi pribadi, yang memicu persaingan internal yang tidak sehat. Selain itu, struktur organisasi yang besar dan kaku membuat IBM sulit beradaptasi dengan perubahan pasar yang cepat.
Dalam situasi ini, banyak pihak, termasuk para investor dan pimpinan IBM, mendesak Gerstner untuk memecah perusahaan menjadi unit-unit bisnis kecil yang lebih fleksibel dan adaptif. Namun, Gerstner menolak, meyakini bahwa memecah perusahaan justru akan merusak keunggulan IBM sebagai integrator teknologi yang menyediakan solusi menyeluruh bagi pelanggan. Sebagai gantinya, ia menyederhanakan struktur organisasi, menyatukan elemen-elemen yang bekerja secara terpisah, dan fokus pada peningkatan efisiensi operasional.
Selain itu, Gerstner juga melakukan transformasi budaya organisasi, mengubah cara kerja yang individualistik menjadi lebih kolaboratif, serta menghapus penetapan harga transfer individu. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pelanggan untuk meraih kesuksesan jangka panjang. Upaya ini membuahkan hasil, dengan mentalitas karyawan yang beralih dari berorientasi pada diri sendiri menjadi berorientasi pada pelanggan.
Gerstner juga tetap teguh menolak permintaan untuk memecah IBM, berfokus pada memanfaatkan skala ekonomi dan jangkauan global perusahaan untuk menawarkan nilai lebih kepada pelanggan. Ia meluncurkan kampanye “Solutions for a Small Planet” yang menegaskan kemampuan IBM sebagai integrator teknologi kelas dunia dan memposisikan perusahaan sebagai pelopor era digital dengan memperkenalkan konsep e-business.
Setelah sembilan tahun di bawah kepemimpinannya, IBM mampu bangkit kembali, dengan pertumbuhan yang didorong oleh divisi layanan dan konsultasi. Kapitalisasi pasar IBM melonjak dari 29 miliar dolar AS menjadi 168 miliar dolar AS, dan harga sahamnya meningkat enam kali lipat. Kebangkitan IBM menjadi salah satu cerita sukses paling fenomenal dalam sejarah bisnis, dan Gerstner dikenang sebagai salah satu arsitek pemulihan dan kebangkitan perusahaan yang paling sukses di dunia.
Tiga pelajaran penting yang bisa kita petik dari perjuangan Gerstner dalam mengubah nasib IBM adalah:
- IBM harus beradaptasi dengan perubahan pasar, mengalihkan fokus dari perangkat keras ke layanan dan perangkat lunak agar tetap relevan dan kompetitif.
- Gerstner memanfaatkan keunggulan IBM dalam memberikan solusi teknologi menyeluruh, yang membedakan IBM dari para pesaingnya.
- Transformasi budaya organisasi, dengan menghilangkan silo-silo internal dan mendorong kolaborasi, sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan responsif terhadap tantangan bisnis.
Baca juga:
- Dijamin Berhasil!! Cara Top Up Higgs Domino Tanpa Gagal
- Game Penghasil Uang 2024: Apakah Candy Glue Blue Benar-Benar Terbukti Membayar?
Kisah Gerstner di IBM mengajarkan kita bahwa kesuksesan transformasi datang dari memanfaatkan kekuatan yang sudah ada, sambil menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar, tanpa mengorbankan hal-hal yang berharga di dalam perusahaan. [isr]
Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network