Menyelami Misteri Proyek Nimbus Google yang Kontroversial

oleh -292 Dilihat
Proyek nimbus Google yang kontroversial. Ilustrasi [Foto: Dok. Kabapedia.com]

Kabapedia.com – Google baru-baru ini memecat lebih dari 50 karyawan yang memprotes kontrak kontroversial antara perusahaan tersebut dengan pemerintah Israel, yang dikenal sebagai Project Nimbus.

Lantas apa sebenarnya Project Nimbus, dan mengapa Google bersikeras mempertahankan proyek ini meskipun mendapat penolakan keras dari karyawannya sendiri? Mari kita telusuri lebih dalam.

Apa itu Project Nimbus?

Project Nimbus adalah kontrak komputasi awan bernilai 1,2 miliar dolar AS antara Google, Amazon, dan pemerintah Israel. Dalam kontrak ini, Google dan Amazon setuju menyediakan layanan cloud dan teknologi kecerdasan buatan (AI) canggih kepada Israel, termasuk untuk keperluan militer dan pengawasan.

Baca juga:

Salah satu aspek penting dari proyek ini adalah pendirian server Google Cloud yang aman di Israel, yang memungkinkan pemerintah Israel melakukan analisis data skala besar, pelatihan AI, dan hosting database dengan teknologi Google.

Kontroversi dan Protes Karyawan

Detail kontrak Project Nimbus jarang diungkap di media, menyebabkan banyak pekerja merasa frustasi karena kurangnya transparansi. Dokumen kerjasama ini pertama kali diungkap oleh The Intercept pada 2022, menunjukkan bahwa layanan Google meliputi deteksi wajah berbasis AI, pengkategorian gambar otomatis, dan pelacakan objek. Karyawan Google khawatir bahwa teknologi ini dapat digunakan untuk tujuan militer, berlawanan dengan janji sebelumnya saat DeepMind diakuisisi Google pada 2014 bahwa teknologi mereka tidak akan digunakan untuk keperluan militer atau pengawasan.

Protes karyawan Google berkumpul di bawah gerakan seperti “No Tech for Apartheid”. Ratusan karyawan Google dan Amazon menandatangani petisi dan mengadakan demonstrasi di berbagai kota seperti New York, San Francisco, dan Seattle. Protes ini didukung oleh lebih dari 200 karyawan Google secara terbuka, sementara ratusan lainnya mendukung secara diam-diam.

Edie Hatfield, seorang insinyur perangkat lunak di Google Cloud, menjadi salah satu tokoh penting dalam protes ini. Hatfield secara terbuka menentang keterlibatan Google dalam proyek tersebut, puncaknya ketika ia berdiri di sebuah konferensi di New York dan menyatakan penolakannya terhadap pengembangan teknologi yang bisa digunakan untuk genosida, apartheid, atau pengawasan.

Pemecatan dan Implikasinya

Pemecatan karyawan yang memprotes Project Nimbus menambah ketegangan. Google dilaporkan memecat 20 karyawan setelah mereka menggelar protes di kantor Silicon Valley dan New York pada 16 April, setelah sebelumnya memecat 28 karyawan lainnya. Hatfield sendiri dipecat dengan alasan bahwa aksinya merusak citra publik perusahaan dan melanggar kebijakan Google. Tindakan ini dibenarkan oleh juru bicara Google yang menyatakan bahwa mereka telah memastikan keterlibatan langsung setiap orang yang dipecat dalam aktivitas yang mengganggu.

Reaksi dari Pihak Eksternal dan Kesimpulan

Google berusaha meredam protes dengan mengklaim bahwa kontrak Nimbus hanya untuk operasi yang berjalan di platform komersial yang digunakan oleh berbagai kementerian pemerintah Israel, termasuk keuangan, kesehatan, transportasi, dan pendidikan, dan bukan untuk proyek militer sensitif. Namun, jaminan ini tidak memuaskan banyak pihak, termasuk karyawan yang khawatir tentang penyalahgunaan teknologi.

Gerakan protes karyawan Google menunjukkan kekuatan moral di dalam hati para pekerja teknologi yang berani melawan apa yang mereka anggap sebagai keterlibatan dalam tindakan yang tidak etis. Respons Google yang memecat karyawan tersebut mencerminkan ironi bahwa kepentingan komersial seringkali mengalahkan kepentingan kemanusiaan.

Baca juga:

Dengan terus munculnya fakta baru tentang peran AI dalam serangan militer Israel, gerakan “No Tech for Apartheid” semakin menguat. Pemecatan Hatfield dan karyawan lainnya memperkuat pesan bahwa etika tidak boleh dikorbankan demi keuntungan. Mari kita bersama-sama menolak penggunaan teknologi canggih untuk tindakan yang melanggar hak asasi manusia, dan mendukung penggunaan teknologi yang berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News dan berita lainnya Kabapedia Network di KabaPadang