Cara Fintech Ini Sukses Mengendalikan 55% Transaksi di China

oleh -463 Dilihat
Ant Financial, perusahaan fintech yang saat ini menguasai pasar keuangan di negara China. [Foto: Dok. Kabapedia.com]

Jakarta, Kabapedia.com – Cara fintech ini mengendalikan 55% transaksi keuangan di China sungguh mengagumkan. Pada awalnya memang dipandang sebelah mata, namun dalam waktu yang relatif singkat, perusahaan fintech tumbuh luar biasa hingga menjadi sebuah perusahaan raksasa.

Baca juga:

Nah, pada kali ini Kabapedia.com akan mengulas Ant Financial, sebuah perusahaan fintech yang saat ini menguasai pasar keuangan di negara China. Bagaimana kisahnya, yuk simak ulasan berikut yang didasarkan pada pandangan seorang Dr. Indrawan Nugroho yang merupakan praktisi bisnis kenamaan Indonesia.

Awalnya Diremehkan

Awalnya diremehkan, namun dalam waktu singkat, hanya lima tahun, Ant Financial telah membuat dunia bisnis finansial terkejut. Dengan inovasi-inovasinya, Ant Financial berhasil menarik satu miliar nasabah, sepuluh kali lebih banyak dari jumlah nasabah bank terbesar di Amerika Serikat, dengan jumlah karyawan yang hanya sepuluh persen dari bank tersebut.

Bagaimana bisa? Mari kita simak tiga kunci sukses Ant Financial yang berhasil mengoptimalkan manfaat data analytics dan teknologi AI.

Ketika Ant Financial pertama kali memasuki dunia keuangan global, banyak pihak yang meremehkannya. Mereka yang telah lama berkecimpung di dunia keuangan global melihat Ant Financial hanya sebagai pendatang baru yang belum memahami betul dunia keuangan yang rumit dan penuh aturan ketat.

Mereka meragukan metode kerja Ant Financial yang mengandalkan teknologi dan ide-ide besar. Skeptisisme ini semakin meningkat ketika mereka mengetahui bahwa Ant Financial hanya menggunakan Big Data dan AI untuk menawarkan layanan keuangan seperti kredit mikro, pengelolaan keuangan, dan asuransi.

Namun, Ant Financial tidak membutuhkan waktu lama untuk membuktikan bahwa skeptisisme tersebut salah. Pada tahun 2019, meski baru berumur lima tahun, Ant Financial Services Group telah berhasil menarik lebih dari satu miliar pengguna. Dengan performa tersebut, tidak mengherankan jika valuasi Ant Financial pada tahun 2018 mencapai 150 miliar dolar AS, hampir setengah dari valuasi JP Morgan Chase.

Pada tahun yang sama, Ant Financial juga berhasil menguasai 55% total transaksi pembayaran digital di China, yang mencapai angka fantastis yaitu 201 triliun Yuan atau sekitar 29,9 triliun dolar AS.

Sukses ini diraih karena Ant Financial mampu mengoptimalkan manfaat AI dan Big Data. Alipay, sebagai inti platform pembayaran seluler mereka, dikelola untuk menyuguhkan produk layanan finansial mulai dari pinjaman kepada konsumen, pengelolaan kekayaan, asuransi kesehatan, layanan penilaian kredit, bahkan game online yang mengajak penggunanya mengurangi jejak karbon.

Sebelum Ant Financial berdiri, Alibaba telah berusaha menggabungkan bisnis-bisnis inovatifnya di bidang teknologi finansial. Proses penggabungan ini telah berlangsung sejak tahun 2004 ketika Alipay diluncurkan untuk memfasilitasi transaksi antara pembeli dan penjual di platform e-commerce Alibaba Group. Pada awalnya, fokus utama mereka adalah pada pengembangan platform pembayaran yang aman melalui pengumpulan data dan peletakan teknologi dasar, dan belum fokus pada AI.

Pada tahun 2014, Ant Financial akhirnya secara resmi terbentuk dari penggabungan berbagai inisiatif bisnis fintech Alibaba. Momen ini menandai dimulainya era baru inovasi dan ekspansi Ant Financial dengan visi memperluas akses keuangan bagi semua orang. Seiring berjalannya waktu, Ant Financial kemudian mengembangkan kekuatan inti yang membuatnya menjadi raksasa di industri fintech.

Dalam meraih suksesnya, Ant Financial menggunakan tiga kunci sebagai pondasinya, yaitu Big Data, kecerdasan buatan atau AI, dan ekosistem. Analisis data telah menjadi pondasi utama strategi bisnis Ant Financial. Mereka sadar betul bahwa data itu penting untuk bisa memahami kebutuhan dan perilaku pelanggan. Dengan pemahaman itu, mereka mampu menyuguhkan solusi keuangan yang inovatif dan personal sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Untuk melakukan analisis Big Data, mereka memiliki sumber daya yang luar biasa, yaitu database pengguna Alibaba yang melimpah, mulai dari data transaksi e-commerce sampai ke data transaksi dan riwayat pembayaran pelanggan. Dalam menganalisis data, mereka memanfaatkan teknologi Big Data dan algoritme machine learning yang canggih. Dengan begitu, mereka berhasil mengungkap pola pembelian dan preferensi finansial jutaan penggunanya.

Dari situlah mereka kemudian bisa mengenali mana pelanggan yang cenderung membeli produk dan mana yang cenderung menggunakan jasa tertentu. Setelah mengenali pelanggan secara cermat, akhirnya mereka bisa menawarkan solusi keuangan yang tepat, seperti pinjaman kecil untuk konsumsi atau investasi untuk rencana jangka panjang seperti dana pendidikan atau pensiun. Hebatnya lagi, analisis data mereka dilakukan secara real-time, sehingga bisa lebih leluasa dalam membuat keputusan kredit yang akurat sekaligus meminimalkan potensi gagal bayar.

Penggunaan data secara cerdas juga memungkinkan Ant Financial menjangkau segmen pasar yang selama ini terabaikan oleh bank konvensional, misalnya menyediakan pinjaman bagi UKM yang tidak memiliki sejarah kredit formal, kecuali catatan transaksi e-commerce yang solid. Nah, kita tahu bahwa selama ini kredit konvensional mengandalkan riwayat kredit formal, bukan? Nah, itu juga yang membuat Ant Financial berbeda, karena dengan memanfaatkan sesama kredit, mereka bisa memberikan penilaian yang lebih personal dan inklusif kepada calon peminjam, sehingga mereka dimudahkan untuk memperoleh kredit. Ini adalah kemudahan yang tidak mudah ditawarkan oleh bank tradisional, padahal kemudahan itu yang membuka jalan bagi miliaran individu dan bisnis kecil untuk mengakses layanan finansial.