Negara Sempit Ini Lebih Maju dari Indonesia? Ini Rahasianya

oleh -440 Dilihat
Potret megah negara Singapura. [Foto: Dok. Kabapedia.com]

Jakarta, Kabapedia.com – Singapura, negara tetangga Indonesia yang memiliki luas wilayah kurang dari 1% dari Indonesia, telah menunjukkan pencapaian luar biasa yang layak untuk ditiru dan dipelajari. Meski wilayahnya hanya sedikit lebih besar dari ibu kota Jakarta, Singapura telah menjadi pusat perdagangan, ekonomi, bisnis, dan tujuan pariwisata yang dominan di kawasan Asia Tenggara.

Perusahaan global sering memilih Singapura sebagai markas mereka saat ingin membuka bisnis di Asia. Singapura juga menjadi tuan rumah utama untuk berbagai event internasional di kawasan ini, mulai dari konser besar, balapan F1 bergengsi, hingga eksibisi klub olahraga dengan fans besar di Asia.

Baca juga:

Meski penduduk Singapura tidak banyak, negara ini selalu menjadi pilihan utama dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal ini disebabkan oleh berbagai event kelas dunia yang diadakan di Singapura, yang menarik penduduk dari Indonesia, Thailand, Malaysia, dan banyak negara Asia lainnya untuk datang dan menikmati kesempatan langka tersebut.

Pertanyaannya, mengapa Singapura? Mengapa negara dengan wilayah paling sempit di Asia Tenggara justru berhasil menjadi pusat aktivitas dan persinggahan dunia internasional?

Jawabannya terletak pada berbagai faktor. Singapura adalah negara yang aman, teratur, tertib, dengan politik yang stabil, pajak yang murah, sumber daya manusia yang cerdas, dan infrastruktur yang lengkap. Semua kebutuhan dapat ditemukan di Singapura.

Namun, perlu diingat bahwa saat Singapura merdeka, sebagian besar penduduknya miskin dan tidak berpendidikan. Mereka tidak memiliki sumber daya alam dan banyak warga Singapura yang buta huruf dan tinggal di pemukiman kumuh. Bahkan, mereka harus mengimpor air bersih dari Malaysia.

Namun, dalam waktu yang sangat singkat, Singapura berhasil bertransformasi menjadi poros ekonomi yang menjembatani Asia dan dunia internasional. Meski wilayahnya kecil dan tidak memiliki sumber daya alam, Singapura berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sekarang, penduduk Singapura memiliki IQ tertinggi dan mencapai indeks pendidikan tertinggi di Asia Tenggara.

Sejarah transformasi ekonomi Singapura dari yang tadinya terpuruk menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara adalah cerita yang menarik dan inspiratif. Singapura merdeka pada 9 Agustus 1965, bukan karena penjajahan, tetapi karena dilepaskan oleh negara federasi Malaysia. Singapura dikenal sebagai provinsi di Malaysia yang bandel dan tidak mau diatur, bahkan sempat terjadi kerusuhan etnis besar di tahun 1964.

Setelah merdeka, Singapura dibawa ke pemimpinan Lee Kuan Yew yang mengambil langkah strategis. Mereka tidak memiliki modal apa-apa selain penduduk Singapura itu sendiri dan wilayahnya yang cukup strategis. Dengan modal itu, Singapura langsung berupaya membuka gerbang lebar untuk kedatangan asing.

Di tahun 1965, konflik Perang Dingin memuncak terjadi di Vietnam antara Amerika dan pihak komunis yang didukung oleh Uni Soviet. Saat itu, Singapura membuka diri untuk menyewakan wilayahnya sebagai pelabuhan militer dan markas untuk kapal-kapal perang Amerika dan Inggris. Dengan hanya menyewakan wilayahnya yang cukup strategis, Singapura berhasil mendapatkan 20.000 juta dolar yang nilainya setara dengan 15% pendapatan nasional mereka di tahun 1967.

Sejak saat itu, Singapura terus berupaya menjaga kepercayaan dan minat investasi negara-negara Barat. Mereka juga bertekad membangun negara yang aman, nyaman, bebas korupsi, memiliki kepastian hukum, dan hukum pajak yang bersahabat, sehingga Singapura bisa terus menjadi tempat bersandar dan persinggahan bagi siapa pun yang ingin berlabuh di sana.

Setelah Perang Vietnam berakhir, Singapura langsung merevitalisasi pelabuhannya dengan cara mengubah bekas markas Angkatan Laut Inggris menjadi Pelabuhan Sembawang. Mereka juga membangun dermaga baru di Jurong, Pasir Panjang, dan wilayah lain dengan pembaruan teknologi bongkar muat yang canggih dan sangat efisien.

Singapura memiliki salah satu pelabuhan terbesar, tercanggih, dan tersibuk di dunia yang menghubungkan 123 negara di dunia dan berkontribusi 20% terhadap arus perdagangan maritim dunia. Karena menjadi pelabuhan maritim yang memiliki fasilitas dan infrastruktur yang baik, dalam 10 tahun pertama sejak merdeka, Singapura sudah menjadi tujuan investasi dari negara-negara Barat, khususnya di sektor manufaktur.

Dengan gencarnya investasi asing yang masuk, Singapura mulai fokus meningkatkan sumber daya manusianya agar bisa menjadi tenaga kerja ahli yang baik. Pemerintah mulai mengadakan banyak sekolah kejuruan dan membayar perusahaan asing untuk melatih para pekerja Singapura di bidang teknik sipil, petrokimia, dan teknologi industri.

Sementara itu, untuk pekerja yang tidak cocok di sektor industri, mereka dialihkan ke sektor jasa dan pariwisata. Dengan strategi ini, Singapura berhasil mengalihkan sektor ekonominya yang awalnya di industri dengan nilai rendah seperti tekstil, garmen, dan elektronik kecil, menjadi industri besar yang lebih canggih dan bernilai tambah lebih besar seperti bioteknologi, farmasi, perkapalan, software engineering, hingga menjadi pusat manufaktur elektronik terbesar di kawasan ASEAN.

Memasuki tahun 2000-an, Singapura mulai melakukan terobosan strategis berikutnya dengan membangun Bandara Changi International Airport yang kelak menjadi salah satu bandara tercanggih, termegah, dan tersibuk di dunia. Changi Airport bukan hanya sekadar bandara, tetapi sudah menjadi ikon negara sekaligus cerminan betapa canggih dan modernnya negara Singapura.

Dari trafficnya yang luar biasa, bandara ini berperan sebagai wajah branding dan marketing negara Singapura kepada dunia internasional. Seiring dengan itu, Singapura juga mengubah tata kotanya menjadi teratur dan memiliki fungsi-fungsi yang unik. Ada spot untuk belanja, spot untuk wisata keluarga, distrik untuk pusat bisnis, pusat untuk event internasional yang bisa menampung ratusan ribu orang, dan lain-lain.

Jadi, walaupun wilayahnya sempit, Singapura bisa memanfaatkan setiap jengkal dari pulau itu untuk mendapatkan nilai ekonomi yang optimal untuk negara dan masyarakatnya. Hal itu tentu tidak lepas dari bagaimana negara Singapura memiliki ketegasan yang luar biasa untuk menciptakan kepastian hukum dan kestabilan keamanan di negaranya.

Di Singapura, semua koruptor dimiskinkan dan dihukum dengan berat. Para pengedar narkoba akan dihukum mati. Bahkan, jika kamu mengganggu ketertiban umum, berdemonstrasi, atau bahkan membuang sampah sembarangan, kamu bisa dihukum atau kena denda yang tidak main-main.

Tapi di sisi lain, Singapura juga terkenal dengan keringanan pajaknya. Dengan kombinasi keamanan, kestabilan, kepastian hukum, tidak ada korupsi, sumber daya manusia yang cerdas, dan keringanan pajak, ribuan perusahaan korporasi raksasa berbondong-bondong membuka kantor cabangnya di Singapura dan menjadikan Singapura sebagai pusat bisnis di kawasan Asia Tenggara.

Singapura dan Indonesia memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Singapura, meski berukuran kecil, berhasil menjadi pusat ekonomi dan bisnis di Asia Tenggara berkat kebijakan pemerintahnya yang tegas dan efisien. Mereka mampu memanfaatkan sumber daya manusia dan wilayahnya dengan optimal. Singapura juga dikenal dengan stabilitas politik dan hukumnya, serta keamanan yang terjaga.

Di sisi lain, Indonesia memiliki kebebasan berpendapat yang tinggi dan merupakan negara demokrasi. Meski sering mengalami perubahan kepemimpinan dan demonstrasi, ini adalah bagian dari dinamika demokrasi. Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang sangat beragam.

Baca juga:

Setiap negara memiliki tantangan dan peluangnya sendiri. Pelajaran yang bisa diambil dari Singapura adalah pentingnya stabilitas politik, kepastian hukum, dan manajemen sumber daya yang efisien untuk pertumbuhan ekonomi. Namun, setiap strategi harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi masing-masing negara.

Mengenai pertanyaan apakah ada wilayah di Indonesia yang bisa disulap menjadi seperti Singapura, itu tergantung pada banyak faktor, termasuk kebijakan pemerintah, infrastruktur, pendidikan, dan banyak lagi. Namun, yang pasti, setiap wilayah di Indonesia memiliki potensi uniknya sendiri yang bisa dikembangkan. [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News