Transformasi BlackBerry
Ternyata Chen membawa BlackBerry keluar dari bisnis handphone, dan beralih ke industri software cyber security, dan sistem komputer tertanam atau embedded. Chen menjelaskan ‘Kita akan menghasilkan uang di area yang tepat. Area utama tersebut adalah cyber security dan enterprise untuk industri beregulasi seperti bank dan pemerintahan, serta Dinas Kesehatan.’
Langkah ini ternyata terbukti mampu menghasilkan pendapatan dan pertumbuhan besar bagi BlackBerry. Perusahaan ini juga dikabarkan bekerjasama dengan baidu untuk mengembangkan mobil otonoms, atau mobil tana supir. Teknologinya menggunakan plafon BlackBerry QNS.
Bulan Januari tahun lalu, BlackBerry juga mengumumkan kehadiran ‘Jarvis’, sebuah
software security berbasis cloud yang dapat memindai kode mobil terhadap kerentanan. Beralihnya fokus BlackBerry ke cyber security tentu ada alasannya. Mereka berpijak pada hasil survei yang baru saja dilakukan. Hasil survei itu yang menyatakan bahwa 80% pelanggan di Amerika Serikat Inggris dan Kanada, tidak percaya atau mungkin tidak yakin bahwa perangkat internet connected yang mereka gunakan saat ini, dapat mengamankan data dan privasi mereka.
Responden juga mengakui bahwa mereka lebih memilih produk atau berbisnis dengan perusahaan, yang memiliki reputasi baik dalam hal keamanan data dan privasi. Tingginya serangan cyber dewasa ini memang telah menghantui para pengguna. Laporan State Of Cyber Security 2021 mengungkapkan, bahwa pada tahun 2021 serangan saber terhadap perusahaan-perusahaan terjadi 31% lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.
Jadi mereka rata-rata mengalami 270 kali serangan. Pada tahun yang sama Diloid juga melakukan survei untuk melihat tantangan terbesar bagi Cisco dan CIA, ternyata lebih dari 40% responden menjawab bahwa transformasi dan TI Hybrid adalah bagian tersulit dari manajemen keamanan cyber.
Nah Indonesia juga tidak luput dari sasaran masyarakat cyber, tertentu saja. Badan Saber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut pada tahun 2012, lebih dari 700 juta serangan siber di Indonesia. Serangan itu didominasi oleh ransomware atau malware, dengan modus meminta tebusan.
Masifnya serangan cyber tentu menjadi peluang besar bagi BlackBerry sebagai penambahan baru dalam sektor cyber security. Apalagi valuasi pasar keamanan cyber terus bertumbuh. Pada tahun 2020 evaluasi keamanan cyber mencapai 176,5 miliar USD. Diperkirakan nilainya akan tumbuh menjadi 403 miliar USD pada tahun 2027.
‘Kenapa yag bisa naik seperti itu. Ya karena dunia semakin bergantung pada teknologi dan aset digital. Maka kebutuhan untuk memenuhi flatfom komplikasi dan data menjadi semakin penting,” nilai Dr. Indrawan Nugroho.
Di Indonesia BlackBerry sudah menjalin kerjasama proteksi dan keamanan cyber dengan beberapa perusahaan provider dalam komunikasi. Yang terbaru adalah kerjasama mereka dengan PT Saka Energi untuk memproteksi eco sistem digitalnya, dengan menggunakan BlackBerry Unified Endpoint Manager (UEM).
Alex mania, Chief Security Officer BlackBerry mengatakan, “Saat ini bisnis software sudah bisa melebihi kontribusi penjualan ponsel BlackBerry.” Karena itu tahun ini turnover BlackBerry dari pembuatan perangkat ponsel bergeser menjadi sistem partnership.
Menurut Alex pula, perusahaannya memang menargetkan beberapa segmen industri yang rentan terhadap serangan cyber, termasuk sektor pemerintahan. Oleh karena itu potensi bisnis yang ada pada pasar tersebut, akan jauh lebih besar. Sebab kebutuhan untuk produksi digital saat ini juga semakin besar.
Alex meneruskan “realitasnya dari bisnis software security tersebut revenue memang lebih kecil. Tetapi marginnya jauh lebih tinggi. Kami terus mengalami peningkatan margin di segmen software security.”
Mereka kemudian mengakuisisi Silence, yang tak lain adalah pemimpin industri artificial intelligence dan motion learning, untuk keamanan cyber. BlackBerry ini telah sepenuhnya menjelma menjadi penyedia layanan teknologi otomotif dan keamanan cyber. Software otomotif yang mereka buat antara lain, fitur sistem bantuan pengemudi, infotainment dan fitur mobil terkoneksi. Mitra mereka di otomotif antara lain General Motors, Mercedes Benz dan Toyota.
Langkah baru ini mampu mengantarkan BlackBerry meraup pendapatan sebesar USD 168 juta atau setara Rp2,491 trilun pada bulan Mei tahun 2022 lalu. Jumlah itu melebihi rata-rata perkiraan analis, yang hanya memperkirakan 160,7 juta US Dollar atau sekarang Rp2,383 triliun.
Langkah BlackBerry untuk bertransformasi telah membuahkan hasil. Keberhasilan mereka setidaknya terlihat dari perubahan proporsi pendapatan perusahaan. Pada tahun 2011 sebagian besar pendapatan BlackBerry masih didominasi segmen penjualan perangkat ponsel, yaitu 81%. Tapi di tahun 2016 pendapatan dari penjualan ponsel menurun, dan tinggal 41%.
Baca Juga: Wajib Lihat!! Ini Wujud 3 Sepeda Motor Listrik Terkeren di Indonesia
Lalu di tahun 2021 pendapatan BlackBerry mulai didominasi pendapatan dari sektor penyedia software, sebesar 70%, dan 30% sisanya dari bisnis lisensi. Dengan begitu prospek masa depan BlackBerry sangat menjanjikan. Potensi pertumbuhan mereka ada di dalam pasar perangkat lunak, keamanan dan kemitraan. Dengan dukungan tim manajemen yang kuat, maka BlackBerry siap untuk mempertahankan pertumbuhan bisnisnya yang juga kuat.
“Jadi BlackBerry ingin menjadi market leader dalam bisnis komunikasi seluler dan perangkat lunak yang tersemat,” tutup dia. [isr]
Baca berita lainnya Kabapedia.com di Google News