Kehancuran Otomotif Jepang, China Kian Brutal!! 

oleh -34 Dilihat
Kehancuran Otomotif Jepang, China Kian Brutal!! [Ilustrasi: Dok. Ist]

Kemajuan pesat mulai terasa pada 2009, ketika China melampaui Amerika Serikat sebagai pasar mobil terbesar di dunia dengan penjualan lebih dari 13 juta unit. Menyadari tantangan masa depan seperti polusi udara dan ketergantungan pada energi impor, pemerintah China kemudian mengalihkan fokusnya pada kendaraan listrik (EV). Subsidi, insentif, dan kebijakan proaktif menjadi pendorong bagi produsen lokal untuk mengejar ketertinggalan.

Hasilnya, China kini menjadi pemimpin global dalam produksi dan penjualan kendaraan listrik. Pada 2022, mereka berhasil mengekspor hampir 5 juta kendaraan, melampaui Jepang yang hanya mengekspor 4,4 juta unit. Produsen seperti BYD dan Geely menawarkan mobil berkualitas dengan harga lebih terjangkau, berkat biaya produksi rendah dan efisiensi skala ekonomi. Teknologi baterai buatan China, termasuk baterai lithium-ion yang lebih tahan lama, telah menjadi standar baru di industri.

Jika Jepang bertumpu pada reputasi kualitas dan harga premium, China justru menawarkan harga kompetitif tanpa mengorbankan inovasi. Misalnya, di segmen SUV, Toyota Yaris Cross dibanderol mulai dari 351 juta rupiah, sementara Chery Omoda 5—produk asal China—hanya seharga 340 juta rupiah. Mobil-mobil listrik China kini tidak hanya hemat energi, tetapi juga dilengkapi fitur modern yang setara atau bahkan melampaui produk Jepang.

Dalam waktu singkat, produsen mobil China telah menembus pasar Eropa, Asia Tenggara, bahkan Amerika Serikat. Dukungan kebijakan lingkungan global seperti Kesepakatan Paris semakin membuka peluang besar bagi kendaraan listrik. Jepang, di sisi lain, terlalu lama bertahan dengan teknologi hybrid mereka, sehingga tertinggal dalam perlombaan EV.

Babak Baru Persaingan Otomotif Global

Ketertinggalan Jepang dalam pengembangan EV mulai dirasakan dampaknya. Meskipun Toyota dan produsen Jepang lainnya kini gencar berinvestasi di teknologi baru seperti baterai solid-state, momentum telah berpindah ke tangan China. Perubahan ini bukan sekadar persaingan bisnis, tetapi juga simbol balas dendam historis—China, yang dahulu menjadi korban invasi Jepang di masa perang, kini mendominasi panggung industri global.

Baca juga:

Persaingan antara Jepang dan China bukan hanya cerita tentang mobil, tetapi juga cerminan dari dinamika ekonomi global yang terus berubah. Di bawah bayang-bayang kebangkitan China, industri otomotif Jepang kini menghadapi tantangan terbesarnya dalam sejarah modern. Babak baru ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga siapa yang mampu beradaptasi lebih cepat dalam dunia yang semakin kompetitif. [isr]

 

Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network