Budayawan Minang Protes Keras Perobohan Rumah Singgah Soekarno

oleh -661 Dilihat
Budayawan Minang Edy Utama. [Foto: Ist]

Padang, Kabapedia.com – Budayawan Minang turut angkat suara terkait perobohan situs cagar budaya Rumah Singgah Bung Karno di Kota Padang, Sumatra Barat (Sumbar). Budayawan, Edy Utama menilai, jajaran pemerintahan di Sumbar tidak tahu dengan Labu nan Kamek (labu yang enak-red). Lebih sibuk dengan kemasan, minus dengan gagasan.

Dia mengisahkan, pada tahun 1942 lalu, rumah tersebut pernah ditempati Presiden pertama RI, Soekarno dalam perjalanannya ke Sumbar dari Bengkulu. Ungkap dia, sebelum dimiliki Ema Idham, rumah ini merupakan kediaman Dr Woworuntu yang didirikan pada tahun 1930.

“Selama 5 bulan lebih di Padang usai perjalanan darat dari Bengkulu, Sukarno bermukim di rumah sahabat lamanya asal Manado, Woworunto yang kini kondisi rumahnya telah runtuh. Saat itu, Sukarno belum seorang presiden. Masih seorang tokoh asal Pulau Jawa,” ungkap Edy Utama yang juga Ketua Bidang Kebudayaan PDI Perjuangan Sumatera Barat, peka lalu, Rabu (15/2/2023).

Menurut dia, dalam kurun waktu yang relatif singkat itu sejarah mencatat, Soekarno diterima dengan baik oleh masyarakat Minang, bahkan sampai bertemu dengan Syekh Abdullah Abbas di Padang Japang, Kabupaten Limapuluh Kota. Soekarno saat itu juga sudah jadi orang yang disegani bala tentara Jepang.

“Dalam konteks hari ini bagi Sumatera Barat yang telah mencanangkan tahun kunjungan pariwisata (Visit Beautiful West Sumatera/VBWS) 2023, sejarah keberterimaan orang Jawa yang diwakili dengan ketokohan Soekarno di tengah masyarakat Minang, merupakan sebuah peristiwa yang layak dikemas sebagai magnet kunjungan wisatawan nusantara terutama ke para Sukarnoisme,” tutur dia.

Penampakan eks Rumah Singgah Bung Karno di Kota Padang yang sudah rata dengan tanah. [Foto: Isran/Kabapedia.com]
Edy kemudian mencontohkan Haul Bung Karno di Kota Blitar. Pada bulan Juni setiap tahunnya, Kota Blitar dibanjiri puluhan ribu pengunjung yang akan menghadiri haul presiden pertama Republik Indonesia itu.

Hal serupa juga dilakukan Kota Bengkulu yang menjadikan rumah pengasingan Soekarno , jadi sebuah museum. Setiap tahunnya, museum ini jadi magnet wisatawan ‘Sukarnoisme’ datang berkunjung ke Bengkulu.

Baca Juga: 5 Fakta di Balik Pembongkaran Rumah Singgah Bung Karno di Padang, Paling Miris Hal Ini!

“Di Kota Padang, Sumbar, kediaman Soekarno dengan segala sejarah yang pernah melingkupinya, malah dibiarkan runtuh. Salah satu magnet wisata itu kini dibiarkan tak berbekas. Ini sebuah tragedi bagi sebuah daerah yang telah mencanangkan tahun kunjungan wisatawan,” ungkap Edy Utama.

“Sampai hari ini, populasi Sukarnoisme itu sangat banyak di Pulau Jawa. Kita sama-sama tahu, penduduk Suku Jawa itu yang terbanyak di negara ini. Tentunya, mereka adalah pasar potensial kita dalam konteks industri pariwisata. Sayang, salah satu magnetnya dibuang begitu saja di Sumatera Barat,” tutup Edy. [*/isr]

 

Simak berita Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.