Buat Operator Lokal Kalah!! Analisis Fisika di Balik Kecanggihan Teknologi Starlink

oleh -537 Dilihat
Topografi penempatan satelit Starlink yang terbang rendah di orbit bumi. [Foto: Dok. Starlink]

Jakarta, Kabapedia.com – Berikut “Analisis Fisika di Balik Kecanggihan Teknologi Starlink.” Belakangan ini, Starlink ramai diperbincangkan dan diulas di berbagai platform, termasuk YouTube. Banyak yang menyebut teknologi internet satelit ini sebagai revolusioner karena kecepatan yang luar biasa, mencapai 250 Mbps, jauh melampaui layanan internet kabel biasa.

Baca juga:

Tapi apa yang membuat Starlink begitu canggih? Mengapa antena Starlink berbentuk datar, bukan parabola? Dan mengapa latensinya sangat rendah? Mari kita kupas lebih dalam dari sudut pandang fisika pada ulasan kali ini.

Starlink bekerja dengan menghubungkan langsung antara antena pengguna dengan satelit Starlink di langit. Ini berbeda dengan internet kabel yang membutuhkan infrastruktur fisik untuk menghubungkan jaringan.

Akibatnya, banyak daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh internet kabel kini bisa menikmati akses internet berkat Starlink. Tidak seperti penyedia internet satelit sebelumnya yang hanya mampu menawarkan kecepatan sekitar 10 Mbps dengan latensi hingga 1000 ms, Starlink memberikan kecepatan hingga 200 Mbps dengan latensi hanya sekitar 20 ms.

Faktor Kecepatan dan Latency Rendah

Salah satu alasan utama mengapa Starlink bisa menawarkan kecepatan tinggi dan latency rendah adalah karena ketinggian orbit satelitnya yang lebih rendah. Satelit-satelit Starlink berada di ketinggian sekitar 550 km, jauh lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner yang berada di ketinggian 35.000 km.

Latensi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan data untuk melakukan perjalanan bolak-balik antara bumi dan satelit. Dengan jarak yang lebih pendek, latensi Starlink hanya sekitar 3,67 ms secara teoritis, berbanding jauh dengan latensi satelit geostasioner yang bisa mencapai 230 ms.

Mengapa tidak semua penyedia internet satelit menggunakan orbit rendah seperti Starlink? Jawabannya terletak pada tantangan teknis yang besar. Satelit di orbit rendah harus bergerak lebih cepat untuk mengimbangi tarikan gravitasi bumi, yaitu sekitar 7 km/detik, yang membuat masa operasionalnya lebih pendek, sekitar 5 tahun. Selain itu, satelit di orbit rendah hanya bisa mencakup area kecil, sehingga diperlukan ribuan satelit untuk memberikan layanan yang konsisten. Spacex, perusahaan induk Starlink, telah meluncurkan sekitar 6.000 satelit dengan 5.000 di antaranya aktif, dan mereka terus mengirimkan satelit baru.

Teknologi Antena dan Kolaborasi Antara Satelit 

Satelit Starlink. Ilustrasi [Foto: Dok. Starlink]
Salah satu inovasi utama Starlink adalah penggunaan antena datar dengan teknologi face array. Berbeda dengan antena parabola yang harus diarahkan secara manual ke satelit, antena face array dapat mengarahkan sinyalnya ke berbagai satelit yang bergerak cepat tanpa perlu menggerakkan antenanya. Teknologi ini memungkinkan Starlink untuk menjaga koneksi stabil meskipun satelitnya bergerak cepat di langit.

Jumlah satelit yang banyak juga memungkinkan Starlink untuk memanfaatkan komunikasi antar satelit melalui tiga optical space laser yang dapat membawa informasi hingga 200 Gbps. Ini membuat jaringan Starlink sangat efisien dan mampu memberikan kecepatan internet tinggi di bumi. Bahkan di daerah-daerah yang biasanya sulit dijangkau oleh internet cepat, seperti Salatiga, kecepatan Starlink tetap konsisten di sekitar 200 Mbps dengan latensi 40 ms.

Starlink adalah terobosan besar dalam teknologi internet satelit. Dengan memanfaatkan orbit rendah, antena face array, dan komunikasi antar satelit yang efisien, Starlink mampu memberikan akses internet cepat dan latensi rendah ke berbagai penjuru dunia, termasuk daerah-daerah terpencil. Ini membuka peluang baru bagi banyak orang untuk mendapatkan akses internet berkualitas tinggi, yang sebelumnya sulit terjangkau.

Baca juga:

Apakah Anda sudah mencoba Starlink? Jika belum, ini saatnya untuk merasakan sendiri kecanggihannya. Sampai jumpa di ulasan teknologi berikutnya! [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News dan berita lainnya Kabapedia Network di KabaPadang

No More Posts Available.

No more pages to load.