Menyingkap Keindahan Wae Rebo, Desa Unik di Atas Awan yang Memukau Dunia

oleh -937 Dilihat
Potret indah Wae Rebo, desa unik di atas awan yang memukau dunia. [Foto: Dok. Google/Rockbelz]

Manggarai, Kabapedia.com – Wae Rebo merupakan desa adat terpencil yang memukau mata dunia, karena berjuta keunikan, serta keindahan alamnya yang mengagumkan. Desa yang terletak pada ketinggian 1.200 Meter di atas permukaan laut di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur ini kerap juga mendapat julukan sebagai negeri di atas awan.

Desa yang memiliki 7 rumah utama, atau yang biasa disebut sebagai ‘Mbaru Niang’ ini harus ditempuh melewati jalan setapak, kurang lebih sekitar 7 Km. Mbaru Niang ditinggali 6 keluarga, sedangkan ‘rumah gendang’ dihuni oleh 8 keluarga.

Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap hampir menyentuh tanah. Bangunan ini terbuat dari bahan-bahan yang bersumber dari alam sekitarnya, dengan arsitektur khas yang masih terjaga, dari zaman dahulu sampai saat ini.

Rumah adat Mbaru Niang tersusun mengitari batu melingkar, yang dinamakan compang sebagai titik pusat. Compang adalah pusat aktivitas, tempat di mana warga mendekatkan diri dengan alam, leluhur serta Tuhan.

Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi yang mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo. Bagi mereka rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam, serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai.

Suku Manggarai meyakini, bahwa lingkaran merupakan simbol keseimbangan. Sehingga mereka menggunakan pola lingkaran ini pada hampir fisik desa, dari bentuk kampung hingga rumah-rumah mereka.

Masing-masing bangunan rumah terdiri atas lima. Tingkat dasar atau tingkat pertama adalah tempat tinggal anggota keluarga dan beraktivitas. Tingkat kedua adalah tempat untuk menyimpan makanan sehari-hari. Tingkat ketiga adalah tempat menyimpan benih, dan tingkat keempat merupakan tempat untuk menyimpan suku cadang makanan jangka panjang, dan tingkat kelima untuk menyimpan barang-barang untuk sesajen, yang terbuat dari anyaman bambu.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Wae Rebo menggunakan mata air yang berasal dari pegunungan. Sumber mata air ini dinamakan sosor, yang terbagi menjadi dua yaitu: sosok pria dan sosor wanita.

Wae Rebo tidak saja menyajikan daya tarik keindahan alam. Lebih dari itu ragam kehidupan sosial dan budaya di desa ini, menjadi daya tarik tersendiri. Desa Wae Rebo ditinggali oleh 44 kepala keluarga, dengan mata pencaharian utama di bidang pertanian, seperti: umbi-umbian, cengkeh serta kopi. Sedangkan aktivitas kalangan wanitanya adalah memasak, mengasuh anak, menenun, juga membantu kaum pria di perkebunan.

Masyarakat Desa Wae Rebo masih mempertahankan cara hidup tradisional, sesuai budaya dan tradisi yang telah diwariskan leluhurnya. Keindahan, keunikan bentuk bangunan serta kehidupan masyarakat yang masih tradisional menjadi daya tarik para wisatawan dan UNESCO. Karena keunikan ini Wae Rebo dinyatakan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada Agustus tahun 2012, dengan menyisihkan sebanyak 42 negara.

Uniknya nenek moyang penduduk Desa Wae Rebo tidak berasal dari Desa Wae Rebo itu sendiri, melainkan pendatang dari Minangkabau, Provinsi Sumatra Barat. Pelancong itu bernama Empo Maro, yang berlayar dari Pulau Sumatra hingga ke Labuan Bajo.

Bersama keluarganya Empo Maro melakukan perjalanan dengan tujuan mencari sebuah kawasan desa, yang dianggap layak huni. Sayangnya setelah mengalami proses perpindahan dari satu desa ke desa lain, Empo Maro belum menemukan desa yang dianggap layak untuk dihuni dan menetap dalam waktu yang cukup lama. Hingga pada akhirnya beliau mendapat petunjuk melalui mimpi, bahwa Wae Rebo adalah desa yang selama ini Dia cari.

Baca juga: Profil dan Sejarah Panjang Jam Gadang, Hadiah Ratu Belanda yang Didesain Arsitek Pribumi

Wae Rebo memiliki kontur tanah yang subur, sehingga sangat cocok untuk bercocok tanam. Selain itu populasi Desa Wae Rebo yang tidak terlalu padat seperti desa lain, sangat cocok untuk dijadikan lokasi menetap. Sehingga pada akhirnya Empo Maro bersama keluarganya memilih untuk menetap di desa itu. [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News