Berburu Sasirangan di Kota Seribu Sungai

oleh -895 Dilihat
Beberapa motif kain Sasirangan yang diproduksi warga Kampung Sasirangan, Kota Banjarmasin. [Foto: Dok. Winbaktianur]

Oleh: Winbaktianur

Perjalanan kali ini sebenarnya bukan untuk tujuan wisata, tetapi dalam rangka mengikuti salah satu konferensi internasional yang diadakan oleh UIN Antasari Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Artikel yang saya tulis bersama salah seorang rekan diterima untuk dipresentasikan di kampus kebanggaan warga Kalimantan Selatan ini. Waktu luang di sela-sela kegiatan, saya menyempatkan untuk menyusuri salah satu kampung wisata di Kota ini.

Satu di antara lokasi kampung perajin kain Sasirangan terletak di jalan Seberang Masjid Kota Banjarmasin. Tempat untuk berburu kain sasirangan ini persis di pinggir Sungai Martapura dan berhadapan langsung dengan Pasar Lama. Sejak sebelum menginjakkan kaki di kota seribu sungai ini, Kampung Sasirangan sudah menjadi target untuk dikunjungi. Sasirangan merupakan pakaian tradisional khas Kalimantan Selatan. Anda bisa mengunjungi kampung Sasirangan yang terdapat di Kota Banjarmasin.

Dari cerita turun temurun konon kain sasirangan sudah ada sejak zaman kerajaan Banjar dahulu kala. Kain ini tidak hanya sebagai bahan pakaian dan berbagai aksesoris, namun juga dijadikan media pengobatan di masyarakat kala itu, bahkan hingga saat ini masih ada yang melakukannya. Kala itu, sasirangan dijadikan sarigading atau ikat kepala yang dipercaya oleh masyarakat suku Banjar untuk mengobati sakit kepala dan juga jadi ayunan untuk anak kecil yang penangisan (rewel dan sering menangis). Ketika itu, pewarna alami berbahan dasar kunyit dan dedaunan digunakan untuk membuat sarigading sasirangan.

Sebagai kain yang punya nilai tinggi, sejak dahulu hingga saat ini digunakan dalam upacara adat suku daerah Banjar. Kain sasirangan terdiri dari beberapa bentuk diantaranya bentuk laung (ikat kepala), bentuk kakamban (kerudung), dan tapih bumin (kain sarung). Saat ini, sasirangan digunakan sebagai pakaian sehari hari juga untuk seragam sekolah dan seragam pegawai pemerintah di hari-hari tertentu.

Menelusuri kampung Sasirangan ini, pengunjung juga dapat melihat langsung proses produksi kain sasirangan, bagi saya tahapan prosesnya cukup rumit dan membutuhkan waktu yang panjang. Seperti namanya, ‘sa’ yang berarti ‘satu’ dan ‘sirang’ yang berarti ‘jelujur’, sasirangan dibuat dengan teknik jelujur, lalu diikat dengan benang atau tali dan kemudian dicelup ke pewarna. Tahap awal, siapkan kain putih, kemudian buatlah pola sesuai motif akan diinginkan. Selanjutnya, menjahit jelujur kain sesuai polanya dan dikerut. Dibutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian dalam proses ini. Dilanjutkan dengan mewarnai. Tahapan ini dapat langsung dicelup jika hanya satu warna saja. Jika lebih dari satu warna, maka dicolek.

Setelah tahapan ini, lanjutkan dengan melepas semua jahitan jelujurnya dalam kondisi kain kering, dan dilanjutkan dengan mencuci kain hingga tidak ada lagi sisa warna pencelupan di air. Kemudian teruskan dengan menjemur kain dengan cara diangin-anginkan dan tidak langsung di bawah sinar matahari. Setelah kering, sasaringan dirapikan dengan setrika. Maka jadilah sasirangan siap dipajang di toko-toko yang berjejer di dapan rumah-rumah penduduk di sini.
Pembuatan kain sasirangan pada dasarnya sama dengan teknik ikat celup dari berbagai daerah di Indonesia. Di Banjarmasin pengrajin menyebut teknik ini dengan istilah sirang. Motif yang dihasilkan mengambil dari lingkungan dan budaya Kalimantan Selatan khususnya suku Banjar. Setiap motif memiliki beragam makna yang mengandung pesan khusus masyarakat Banjar yang semuanya mempunyai makna filosofis tersendiri.

Di antaranya adalah motif Iris Pudak, Kambang Kacang, Bayam Raja, Kulat Karikit, Ombak Sinapur Karang, Bintang Bahambur, Sari Gading, Kulit Kayu, Naga Balimbur, Jajumputan, Turun Dayang, Kambang Tampuk Manggis, Daun Jaruju, Kangkung Kaombakan, Sisik Tanggiling, Kambang Tanjung, dan masih ada beberapa motif lainnya.

Di kampung Sasirangan Kota Banjarmasin ini, sejak tahun 2010 telah menjelma sebagai salah satu obyek wisata souvenir kerajinan kain dan busana berbahan dasar Sasirangan. Bagi Anda penggemar kain tradisional nusantara, berburu kain sasirangan dapat menjadi salah salah satu aktivitas mengasyikkan saat berkesempatan mengunjungi kota ini.

Penasaran dengan harganya? Harga kain Sasirangan dengan panjang 2 meter berbahan katun mulai dari Rp 110.00 hingga Rp 130.000 saja. Untuk berbagai souvenir seperti dompet atau gantungan kunci dengan bahan dasar Kain Sasirangan mulai harga Rp 10.000 saja. Mau baju kaos motif kain Sasirangan? Di sini juga tersedia dengan berbagai motif, warna dan ukuran. Pengunjung juga dapat memilih pakain jadi berbahan dari Kain Sasirangan dengan harga mulai dari Rp 170.000 saja. Namun untuk sasirangan yang terbuat dari sutera asli tentu harganya jauh lebih mahal, jika dibandingkan dengan sasirangan yang terbuat dari kain katun.

Kampung Sasirangan menjual berbagai produk yang terbuat dari kain sasirangan. Beberapa diantaranya kebaya, gorden, selendang, taplak meja, sprei, topi, sapu tangan, sandal hingga sajadah. Pembeli juga bisa membeli kain sasirangan untuk dijadikan sebagai baju sendiri. Ada berbagai bahan kain yang bisa dipilih mulai dari kain katun hingga kain sutera.

Berkunjung dan eksplorasi Kampung Sasirangan, saya seolah-olah merasa seperti masuk ke dalam sebuah museum hidup. Menawarkan pengalaman budaya yang sangat kaya dan unik. Masih terdapat beberapa rumah tradisional suku Banjar yang terbuat dari kayu ulin dan melihat langsung cara hidup masyarakat setempat. Untuk mencapai Kampung Sasirangan, dapat menggunakan kendaraan umum seperti taksi atau angkutan kota. Namun, jika ingin merasakan pengalaman yang lebih otentik, dapat naik perahu kecil dermaga dekat titik nol kilometer Banjarmasin di pinggir sungai Martapura.

Perjalanan ini akan memberikan Anda pemandangan yang indah dan mengesankan. Jika menggunakan angkot jurusan Pasar Lama, lalu turun di perempatan yang tak jauh dari pasar tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ke Kampung Sasirangan yang di gapura gerbangnya ada tulisan Kampung Sasirangan.

Baca juga: Belajar dari Gamal: Inspirasi Wirausaha Sosial Generasi Muda Dunia

Rasakan keramahan masyarakat Banjar, keunikan rumah-rumah tradisional, yang berderet di sepanjang sungai Martapura, hingga menikmati keindahan kain Sasirangan, cukup dengan berjalan kaki dan berkunjung ke sini tanpa dipungut bayaran. Silahkan uji kemampuan tawar-menawar Anda di sini. Jangan lupa, abadikan kenangan bersama kain Sasirangan yang sangat indah ini. [***/Kpd]

Tentang Penulis: (Akademisi UIN Imam Bonjol Padang, Penikmat Wisata dan Budaya)

 

 

Simak berita Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.