Misteri Islam di Minangkabau yang Tak Banyak Diketahui

oleh -260 Dilihat
Misteri Islam di Minangkabau yang Tak Banyak Diketahui. [Grafis: Dok. YouTube/TVRI]

Padang, Kabapedia.com – Berikut pembahasan tentang “Misteri Islam di Minangkabau yang Tak Banyak Diketahui”.  Di tengah jantung Pulau Sumatera, terdapat sebuah peradaban besar yang telah bertahan selama berabad-abad: Minangkabau. Dikenal dengan filosofi adat dan syariat yang kuat, Minangkabau menjadi contoh unik bagaimana Islam berhasil menyatu dengan budaya lokal. Sejarah panjang Islam di Minangkabau, yang dimulai sejak abad ke-7 Masehi, mengungkapkan bagaimana ajaran ini tidak hanya menjadi agama, tetapi juga nafas kehidupan yang membentuk tata sosial dan adat istiadat masyarakat Minang.

Prof. Dr. Duskia Samad, M.Ag, pakar peradaban Islam di Sumbar menjelaskan, Islam pertama kali masuk ke Minangkabau melalui jalur perdagangan pada abad ke-7 Masehi. Namun, pada fase awal, Islam belum terlalu mengakar dalam kehidupan masyarakat. Baru pada abad ke-17, Islam mulai melembaga dan tersistemasi, terutama melalui pengaruh Kesultanan Aceh.

Baca juga:

“Salah satu tokoh kunci dalam penyebaran Islam di Minangkabau adalah Syekh Burhanuddin, seorang ulama Sufi yang berguru kepada Syekh Abdul Rauf as-Singkili di Aceh. Syekh Burhanuddin berhasil membumikan Islam melalui pendekatan budaya dan kultural, menjadikan ajaran ini diterima secara luas oleh masyarakat Minang,” beber Duskia Samad dalam sebuah wawancara di kanal YouTube TVRI, dilansir Kabapedia.com, Senin (17/3/2025).

Lebih jauh Dia menerangkan, perubahan besar terjadi ketika Islam masuk ke pusat pemerintahan Kerajaan Pagaruyung. Raja pertama yang memeluk Islam, Sultan Alif Khalifatullah, memulai transformasi kerajaan dari berbasis Buddha menjadi Kesultanan Islam pada tahun 1560. Islam kemudian menyebar dari pesisir ke pedalaman, dengan para ulama memainkan peran penting dalam mendekati pemimpin adat dan menawarkan nilai-nilai Islam yang selaras dengan kehidupan masyarakat Minang.

Prof. Dr. Duskia Samad, M.Ag, pakar peradaban Islam di Sumbar. [Foto: Dok. TVRI]
Namun, proses Islamisasi ini tidak berjalan mulus. Munculnya Perang Padri pada awal abad ke-19 menjadi bukti adanya ketegangan antara kaum adat dan kaum agama. Kaum adat khawatir Islam akan mengubah sistem matrilineal yang telah mengakar, sementara kaum agama menentang praktik adat yang dianggap bertentangan dengan syariat, seperti sabung ayam dan perjudian. Perang ini berakhir dengan runtuhnya Kerajaan Pagaruyung, tetapi juga melahirkan kesepakatan baru antara adat dan syariat, yang dikenal dengan filosofi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (Adat Bersendikan Syariat, Syariat Bersendikan Al-Qur’an).

No More Posts Available.

No more pages to load.