Terimakasih Atlet Sumbar, Biarkan Mereka yang Malu

oleh -81 Dilihat
Faisal Budiman. [Foto: Dok. Ist]

Oleh: Faisal Budiman 

Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut resmi ditutup dengan upacara megah yang ditandai oleh pemadaman api PON di Sport Center Sumut, Jumat (20/9/2024). Bagi Sumatera Barat (Sumbar), ajang ini menyisakan kenangan penuh perjuangan. Para atlet Sumbar yang bertanding dengan membawa harapan besar untuk mengharumkan nama Ranah Minang, meski di tengah keterbatasan, tetap pulang dengan kepala tegak, membawa pulang 5 emas, 14 perak, dan 30 perunggu.

Namun, di balik angka itu, ada cerita lain. Perolehan medali kali ini memang jauh dari hasil yang dicapai pada PON sebelumnya di Papua. Kala itu, Sumbar membawa pulang 8 emas, 12 perak, dan 18 perunggu. Meski begitu, perjuangan para atlet di PON XXI patut diacungi jempol. Mereka berlaga tanpa persiapan yang memadai, dengan minimnya dukungan dan perhatian. Dalam situasi yang serba terbatas, mereka tetap menjadi patriot olahraga Sumbar.

Seorang atlet adalah seorang pejuang, dan para atlet Sumbar telah membuktikan diri sebagai patriot sejati. Mereka turun ke arena dengan semangat yang sama seperti pejuang di medan perang. Tapi, sayangnya, mereka tak dibekali dengan “amunisi” yang cukup. Minimnya dukungan dana, fasilitas, bahkan persiapan seperti pemusatan latihan (pelatda) yang tak maksimal, tak menyurutkan semangat mereka. Walau berperang tanpa persenjataan lengkap, mereka tetap membawa pulang 49 medali.

Pertanyaannya, mengapa dukungan terhadap para atlet begitu minim? Di sinilah peran “Batu Gadang”—sebutan untuk para pemangku kebijakan. Sebagai pecinta olahraga, sulit rasanya menjawab mengapa perhatian terhadap atlet begitu rendah, padahal mereka yang bertarung untuk kehormatan daerah ini. Di lapangan, para atlet sering mempertanyakan satu hal: “Kapan cair?” Sebuah pertanyaan yang mencerminkan betapa mereka membutuhkan dukungan yang lebih besar, terutama dalam hal dana.

Ironisnya, ketika pertanyaan itu disampaikan kepada “Batu Gadang”, seringkali hanya dibalas dengan senyum tanpa solusi. Ini bukan hanya soal prestasi di lapangan, tetapi soal penghargaan atas kerja keras dan dedikasi para atlet. Mereka berjuang untuk Sumbar, namun seolah dibiarkan berjuang sendiri.

Untungnya, perjuangan kali ini tidak seperti tragedi PON 2000, ketika Sumbar pulang tanpa medali emas. Di PON XXI, mereka masih membawa pulang emas dan berjuang sekuat tenaga demi nama baik daerah. Namun, apakah kita ingin situasi seperti ini terus terulang? Apakah kita ingin melihat atlet-atlet kita berjuang tanpa dukungan yang layak?

Baca juga:

Sebagai pecinta olahraga, kita hanya bisa berharap kejadian ini menjadi pelajaran. Jangan biarkan atlet-atlet kita berjuang sendirian lagi. Dukungan, persiapan, dan perhatian yang memadai sangatlah penting. Mereka adalah patriot olahraga sejati, dan merekalah yang seharusnya kita banggakan. Biarkan “mereka” yang malu.

Salam Olahraga! Terima kasih, atlet Sumbar! [***/Kpd]

 

Tentang Penulis: (Wartawan Olahraga Sumbar)

 

Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network 

No More Posts Available.

No more pages to load.