Jakarta, Kabapedia.com – Di era modern saat ini, kehidupan kita terasa semakin cepat dan sibuk. Apalagi jika kita memiliki jadwal dan aktivitas yang padat, kebutuhan akan asupan makanan yang praktis menjadi suatu keharusan. Salah satu solusi yang banyak dipilih adalah makanan cepat saji. Fast food ini menjadi pilihan yang disukai banyak orang karena sesuai dengan namanya, yaitu makanan cepat saji yang berarti kita tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk memenuhi kebutuhan makanan kita. Selain itu, fast food juga unggul karena memiliki berbagai macam rasa yang berbeda, tidak seperti makanan biasa yang kadang-kadang rasanya cenderung membosankan. Maka tidak heran jika mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sangat menyukai makanan cepat saji ini.
Baca juga:
- No Overthinking, Berikut Tips Hidup Sederhana Ala Orang Jepang
- Apakah Sekolah Masih Relevan? 80 Persen Jurusan Kuliah Ternyata Tidak Diperlukan
Jika kita melihat dari sejarahnya, fast food ini sebenarnya bermula pada awal abad ke-20 di Amerika Serikat dengan munculnya restoran seperti McDonald’s, White Castle, dan Burger King. Di Indonesia sendiri, restoran cepat saji sebagian besar merupakan franchise dari internasional dan menu mereka selalu disesuaikan dengan selera lokal. Selain itu, mereka sangat pintar dalam memilih lokasi yang strategis, baik di tengah kota, pinggir jalan, mall, bahkan di daerah terpencil. Tidak heran jika kita berjalan sebentar saja, kita bisa menemukan banyak restoran fast food yang jaraknya berdekatan. Hal ini juga didukung oleh perkembangan teknologi dan media sosial yang membuat nama-nama fast food ini semakin dikenal, misalnya melalui influencer yang mengadakan giveaway, diskon, atau cara-cara lain untuk menarik perhatian generasi muda yang lebih responsif terhadap tren dan inovasi.
Namun, di balik semua keunggulan yang dimiliki fast food, terdapat beberapa aspek yang kontroversial terutama terkait dampaknya terhadap kesehatan kita. Berdasarkan survei di lebih dari 195 negara oleh Institute of Health Metrics and Evaluation, ditemukan bahwa mengonsumsi makanan cepat saji lebih berisiko mengakibatkan kematian dibandingkan merokok. Artinya, risiko dari makanan cepat saji ini lebih tinggi daripada rokok. Ini baru dampaknya bagi kesehatan, karena sebenarnya ada beberapa sisi lain dari bisnis fast food yang jarang diketahui banyak orang.
Salah satu hal yang membuat bisnis fast food menjadi hal yang menyeramkan adalah kondisi kerjanya yang buruk. Gaji karyawan sekitar 2 hingga 5 juta rupiah yang mana jauh dari UMR dan tidak cukup untuk mencapai standar hidup yang layak, apalagi jika tinggal di kota besar. Banyak fresh graduate, terutama anak-anak muda dan mahasiswa, yang mencari pekerjaan di industri ini sehingga permintaan pekerjaan tinggi sementara lowongan yang tersedia sedikit. Oleh karena itu, perusahaan dapat menawarkan gaji yang lebih rendah. Selain itu, pekerjaan di fast food sering dianggap sebagai pekerjaan entry-level yang tidak membutuhkan keterampilan khusus dan pendidikan tinggi.