Pusat Penelitian SBRC IPB University dan BPDPKS Gelar Workshop Hilirisasi Minyak Sawit

oleh -613 Dilihat
Pusat Penelitian SBRC IPB University dan BPDPKS Gelar Workshop Hilirisasi Minyak Sawit. [Foto: Dok. Ist]

Padang, Kabapedia.com – Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC IPB University) bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengadakan kegiatan Workshop Hilirisasi Minyak Sawit Menjadi Produk Oleopangan, Oleokimia dan Biofuel: Peluang dan Tantangan di Kota Padang, Kamis (4/7/2024).

Baca juga:

Prof. Dr. Erliza Hambali, Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Workshop IPB University usai pembukaan kegiatan kepada media menjelaskan bahwa pada tahun 2023, pihaknya dengan dukungan BPDPKS dan APOLIN telah sukses menyelenggarakan “Workshop Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan” di 3 kota yaitu Bogor, Medan dan Balikpapan.

Dan tahun 2024 ini, merupakan tahun kedua dari rangkaian kegiatan workshop yang akan dilaksanakan di 5 kota yaitu Pontianak, Samarinda, Palembang, Jambi dan Padang.

“Di Kota Padang peserta workshop terdaftar sebanyak 110 orang yang berasal dari Kadin, badan usaha, kalangan industri, peneliti, dan lainnya,” katanya.

Dia menyebutkan, workshop di Padang didukung oleh Universitas Andalas sebagai partner pelaksana kegiatan. Pada kesempatan ini, dihadiri oleh Wakil Rektor IV WR 4 Unand, Dr. Henmaidi, S.T,. M.eng, M.Sc.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Erliza Hambali, menerangkan bahea komoditas kelapa sawit termasuk dalam 10 kelompok komoditas unggulan Indonesia yang didorong oleh pemerintah untuk digiatkan proses hilirisasi dan peningkatan daya saingnya.

“Hilirisasi industri oleopangan, oleokimia dan bioenergi berbasis sawit merupakan upaya strategis untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa sawit melalui proses pengolahan agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” jelasnya.

Prof Erliza menjelaskan, minyak kelapa sawit hingga saat ini masih menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia dalam menambah devisa negara. Berdasarkan data Ditjenbun (2022), luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta Ha dengan total produksi CPO Indonesia mencapai 48,24 juta ton dan produksi PKO sebesar 9,65 juta ton.

“Kemenperin (2022) menyebutkan bahwa industri kelapa sawit berkontribusi sebesar 3,5% terhadap PDB nasional. Hingga saat ini, industri kelapa sawit dari sektor hulu sampai hilir mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa,” tambahnya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan visi jangka panjang Indonesia Maju 2045, yakni Indonesia menjadi negara maju pada 2045 atau tepat setelah 100 Tahun Kemerdekaan RI. Anugerah kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki Indonesia, dalam hal ini kelapa sawit, tentunya perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia.

“Pengelolaan terbaik yang dapat dilakukan melalui hilirisasi. Manfaat kebijakan hilirisasi industri secara umum diantaranya meningkatkan nilai tambah, meningkatkan perekonomian, meningkatkan penerimaan negara, mensubstitusi barang impor, menarik investasi, menghasilkan devisa, hingga menyerap banyak tenaga kerja lokal,” urai

Adanya kebijakan nasional hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri tentunya akan berdampak positif bagi perekonomian nasional. Benefit lainnya yang diperoleh dari kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, oleokimia dan bahan bakar terbarukan, Penyedia bahan baku potesial untuk industri industri, Pemenuhan kebutuhan domestic dan ekspor, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.

“Hilirisasi minyak sawit dalam negeri dilakukan dengan mengolah CPO dan PKO menjadi produk-produk bernilai tambah lebih tinggi baik untuk tujuan ekspor maupun untuk substitusi produk impor. Secara umum, hilirisasi CPO dan PKO yang dapat dilakukan di Indonesia dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu Oleofood, Oleochemical dan Biofuel,” tuturnya.

Hilirisasi oleofood, lanjutnya, meliputi berbagai macam produk pangan seperti margarin, shortening, non diary creamer, frying fat, cocoa butter substitute, food emulsifier, dan lainnya.

“Hilirisasi oleochemical yaitu industri-industri yang mengolah produk industri refinery menjadi produk antara oleokimia/oleokimia dasar hingga produk jadi seperti surfaktan, sabun, deterjen, shampo, biolubricant dan biomaterial dan bioplastik.”

“Sementara hilirisasi minyak sawit menjadi biofuel diantaranya biodiesel, bioavtur, bensin sawit, green gasoline, green diesel.” pungkasnya.

Terakhir, Prof Erliza menyamopaikan, kegiatan workshop ini bertujuan untuk mendapatkan informasi produk oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia.

Baca juga:

“Mendapatkan gambaran market demand dan prospek pasar produk-produk oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit di pasar domestik dan dunia, mendapatkan informasi peluang dan tantangan pengembangan industri oleopangan, oleokimia dan biofuel sawit di Indonesia, memberikan edukasi dan pengetahuan pada masyarakat akan pentingnya hilirisasi sawit dan memberikan demonstrasi pengolahan produk hilir sawit yang mudah untuk
diproduksi ulang oleh masyarakat,” tutupnya. [isr]

 

Ikuti Google News dan berita Kabapedia Network di KabaPadang