Oleh: Winbaktianur
Mendapatkan kebahagian dalam hidup tidak terlepas dari salah satu sisi kehidupan manusia, yaitu bekerja. Kenapa demikian? Ini tidak lain karena pekerjaan dipandang sebagai hal yang penting dalam hidup manusia. Namun demikian, setiap individu memaknai pekerjaannya dengan cara yang tidak sama. Ada yang memandang bahwa pekerjaan bukan sekedar perantara untuk memperoleh uang tetapi juga berupa suatu penghargaan yang didapatkan.
Pandangan ini meyakini jika ia mampu berbuat sesuatu sehingga memberikan makna berbeda pada kehidupannya dalam hal pekerjaan. Sebagian lain melihat pekerjaan adalah segala-galanya untuk mendapatkan uang dan prestige, atau bahkan gabungan dari kedua pandangan tersebut.
Pekerjaan yang dilakoni oleh karyawan yang merupakan salah satu sumber daya organisasi tidak hanya butuh timbal balik materi yang sepadan akan tetapi juga membutuhkan kebahagiaan atau perasaan positif yang memberikan pengaruh pada kepuasan kerja. Dalam lingkup pekerjaan, kebahagiaan itu biasa dikenal dengan kebahagiaan di tempat kerja (HAW= happiness at work). Keberadaan HAW di perusahaan ini dirasa perlu karena menurut penelitian para ahli berpendapat bahwa semakin tinggi HAW secara otomatis akan meningkatkan produktivitas karyawan (Joo & Lee).
Di era yang serba modern ini, tidak jarang sejumlah karyawan bergulat dengan pertanyaan, apakah mereka mendapatkan kebahagiaan di tempat kerja atau malah sebaliknya? Atau muncul pertanyaan apakah setiap pekerjaan yang saya lakukan membuat saya bahagia?
Salah seorang pakar berpendapat bahwa terdapat tiga konsep kerja yaitu pekerjaan yang terpusat pada keuangan dan menganggap bahwa pekerjaan adalah sumber pemasukan yang didapatkan dalam upaya memenuhi kebutuhannya dan keluarga.
Kedua, pekerjaan adalah jenjang karir dengan cara menumbuhkan motivasi untuk berprestasi, memberikan stimulasi berkompetisi sebagai suatu kebutuhan, atau bahkan dirasakan dapat menambah harga diri dan kepuasan mereka. Ketiga, menganggap bahwa pekerjaan sebagai panggilan jiwa berasaskan kebermaknaan bersifat personal yang bersumber dari adanya keyakinan dengan tujuan sosial yang memberikan manfaat sebagai cerminan pengembangan diri menuju arah yang lebih baik.
Kebahagiaan secara pribadi sangatlah penting dan tidak boleh memandang remeh apalagi jika diabaikan. Tidak jarang individu atau organisasi melihat sisi negatif dari suatu pekerjaan dan menghabiskan sebagian waktu hanya untuk mengeluhkan kondisi kerja yang dilalui. Padahal, konsentrasi penuh dalam menghadirkan kebahagiaan dapat memunculkan efek positif bagi individu dan organisasi karena dapat menggiring kepada hadirnya perasaan atau aura yang positif.
Kebahagiaan suatu hal yang bersifat relatif tidak sama antara individu. Ada individu yang meletakkan kecukupan secara materi sebagai standar dalam mengukur kebahagiaan. Ada pula anggapan bahwa kebahagiaan bukan semata materi, namun juga bersinggungan dengan pemaknaan atas berbagai pengalaman yang dilalui dalam setiap rentang kehidupannya. Sebagiannya lagi berpegang pada prinsip bahwa kebahagiaan adalah wujud perasaan yang muncul karena keseimbangan antara harapan dan keinginannya.
Ahli dalam bidang psikologi dan sumberdaya manusia, Seligman, berpendapat bahwa konsep kebahagiaan yang merujuk pada emosi positif yang dirasakan seseorang disertai dengan beragam aktivitas positif yang dinikmati oleh individu.
Maka, kebahagiaan boleh dikatakan sebagai suatu kondisi emosi menyenangkan dan aktivitas yang positif yang dirasakan oleh seseorang dalam meletakkan dirinya sebagai individu yang bahagia atau sebaliknya sehingga kualitas kehidupan secara umumnya menjadi baik.
Berbagai studi menemukan beberapa faktor yang dapat mewujudkan seseorang bahagia di tempat kerjanya, yaitu: hubungan positif dengan orang lain seperti adanya dukungan dari rekan kerja dan atasan, prestasi kerja seperti kesuksesan dalam menyelesaikan tugas, kesesuaian pekerjaan, dan pengembangan diri, (3) lingkungan kerja fisik, misalnya fasilitas kerja, (4) kompensasi yang diterima seperti imbalan berupa gaji maupun insentif, (5) kesehatan seperti sehat fisik dan santai.
Sejatinya stres dapat terbentuk salah satunya karena pola pikir karyawan yang cenderung memandang negatif terhadap pekerjaannya. Karena itu, dalam mewujudkan kebahagiaan di tempat kerja dengan menanamkan pola-pola yang tepat dan dapat diterima oleh karyawan.
Dibutuhkan beberapa tindakan atau program agar rasa kebahagiaan di tempat kerja dapat terwujud.
Pertama, self awareness. Ini adalah mindset yang utama yang perlu diterapkan oleh perusahaan melalui bagian sumber daya manusia (SDM). Self awareness dapat diartikan sebagai kemampuan individu sebagai karyawan untuk memahami perasaan serta pikirannya. Ini diperlukan supaya karyawan mampu menciptakan hubungan profesional yang baik dengan atasan, bawahan, maupun rekan kerja. Dengan demikian dapat membantu karyawan untuk mencerna setiap masalah secara objektif dan mampu mengeksplorasi apa yang menyebabkan mereka merasa bahagia atau sedih.
Karyawan yang kerap merasa cemas, akhirnya mampu menggali potensi bagaimana cara yang tepat untuk membuat mereka merasa lebih tenang. Dalam hal ini, perusahaan perlu menumbuhkan self awareness karyawan dengan cara memberikan dorongan untuk lebih sering mengenal perasaan atau emosi mereka. Terlebih dahulu pandu karyawan dengan cara mendengarkan keluh kesahnya. Ini diyakini dapat membantu dalam menemukan hal yang membuat karyawan cemas dan merasa tidak bahagia.
Kedua, self love. Istilah ini merujuk kepada formulasi untuk mencintai diri sendiri tanpa harus memenuhi segala keinginan. Sebagai salah satu kunci yang berpengaruh besar terhadap mindset ini dipandang sebagai salah satu kunci besar bagi karyawan merasa bahagia di tempat kerja. Ini tiada lain karena disebabkan oleh self love yang membantu pekerja untuk merayakan segala prestasi dan kemenangan kecil yang mereka dapatkan di tempat kerja. Self love juga membantu karyawan untuk memahami kebutuhan dirinya sendiri, baik untuk kesehatan fisik atau juga mental mereka. Cara untuk menumbuhkan selflove tersebut adalah dengan mendorong karyawan untuk melakukan berbagai ujicoba dalam mencintai dirinya.
Tindakan ketiga adalah Self worth, merupakan bentuk apresiasi diri di mana seseorang mengetahui bahwa dirinya berharga. Self worth diperlukan oleh karyawan supaya mereka lebih mudah menilai pekerjaannya sebagai sesuatu yang berharga, dan mempunyai rasa puas dengan kemampuan yang mereka miliki. Dalam hal ini dituntut kemampuan bagian sumber daya manusia perusahaan agar mampu untuk mencari tahu nilai diri karyawan mereka dan mampu membuat pilihan untuk standar sebuah kebahagiaan.
Berikutnya yang perlu ditumbuhkan untuk terciptanya kebahagiaan adalah self empowerment. Yaitu berupa kemampuan karyawan untuk mengeksplorasi kekuatan yang ada pada dirinya. Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta, memiliki kemampuan mengendalikan hidupnya, karena itu dikenal dengan istilah mempunyai self empowerment yang baik. Untuk itu, setiap orang diharapkan untuk senantiasa menggunakan rantai kebebasan yang ada, cobalah untuk selalu membuat pilihan bagi diri sendiri.
Pola pikir terakhir yang perlu ditanamkan oleh adalah self confidence. Agar terwujud kebahagiaan di tempat kerja seorang karyawan perlu mendorong karyawan untuk lebih percaya diri pada kemampuan yang dimiliki, kapasitas diri sendiri, dan percaya pada penilaian diri sendiri. Dengan demikian, akan muncul dalam diri karyawan perasaan lebih berharga yang pada akhirnya akan terwujud kebahagiaan dalam diri mereka.
Baca Juga: Belajar dari Gamal: Inspirasi Wirausaha Sosial Generasi Muda Dunia
Perlu ditanamkan bahwa, individu yang menyenangi, menyukai maupun mencintai pekerjaannya akan merasa bahagia dalam melakukan pekerjaan. Tidak menutup kemungkinan bahwa individu yang merasa bahagia melakukan pekerjaan dengan sepenuh hati dan boleh jadi akan menomorduakan imbalan materi. [**]
Tentang Penulis: (Akademisi UIN Imam Bonjol/Email: [email protected])
Baca berita lainnya Kabapedia.com di Google News