Kabapedia.com – Hegra, atau yang juga dikenal sebagai Mada’in Saleh, adalah situs arkeologi bersejarah yang terletak di dekat kota Al-Ula, Provinsi Madinah, Arab Saudi. Situs ini, yang sering disebut sebagai “Petra-nya Arab Saudi”, memiliki kemiripan dengan Petra di Yordania dalam hal gaya arsitektur dan nilai sejarahnya.
Baca juga:
- Kenapa Thaif jadi Kota Gurun Paling Sejuk di Arab Saudi!
- Menggali Sejarah dari Peradaban Tertua Manusia: Iran (Bagian 1-5)
Tempa ini diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO pada 2008, Hegra menjadi lokasi pertama di Arab Saudi yang mendapatkan penghargaan bergengsi ini. Namun, di balik kemegahannya, Hegra menyimpan cerita kelam yang membuat umat Islam dianjurkan untuk menjauhinya.
Hegra dibangun antara abad pertama sebelum masehi hingga abad pertama masehi oleh bangsa Nabatea, yang dikenal ahli dalam arsitektur batu dan sistem pengairan canggih. Situs ini mencakup lebih dari 100 makam monumental dengan ukiran rumit khas gaya Nabatea. Fasad megah makam-makam tersebut mencerminkan status sosial tinggi para penghuninya. Terletak sekitar 20 kilometer utara Al-Ula, Hegra menjadi bukti nyata kemajuan peradaban Nabatea yang juga membangun Petra.
Sebagai pusat perdagangan di jalur kemenyan yang menghubungkan Arab selatan dengan Levant dan Mesir, Hegra memainkan peran penting dalam perdagangan rempah-rempah, logam berharga, dan kain sutra. Sistem pengairan bawah tanah bernama qanat memungkinkan penduduk Hegra bertahan di tengah gurun yang kering, mendukung pertanian di sekitar wilayah tersebut.
Kejatuhan dan Larangan dalam Islam
Pada tahun 106 Masehi, Hegra jatuh ke tangan Kekaisaran Romawi dan menjadi bagian dari provinsi Arabia Petraea. Meski tetap berfungsi sebagai kota perdagangan, Hegra perlahan kehilangan pengaruhnya hingga akhirnya ditinggalkan. Dengan munculnya Islam pada abad ke-7, Hegra dikenal sebagai Mada’in Saleh, merujuk pada kisah Nabi Saleh dan kaum Tsamud yang hidup di wilayah tersebut.
Dalam Al-Qur’an, kaum Tsamud diceritakan dihukum oleh Allah dengan gempa bumi dan petir karena membangkang pada ajaran Nabi Saleh. Peristiwa ini menjadikan Hegra sebagai simbol peringatan atas akibat kedurhakaan. Rasulullah Muhammad SAW pernah memperingatkan umatnya untuk tidak tinggal lama di Hegra karena khawatir akan terkena azab serupa.
Daya Tarik Wisata dan Peringatan Abadi
Meski dianggap sebagai tempat terkutuk oleh sebagian umat Islam, Hegra kini menjadi daya tarik wisata sejarah. Pemerintah Arab Saudi mulai membuka situs ini untuk turis internasional pada 2019 sebagai bagian dari promosi Al-Ula sebagai destinasi budaya dan sejarah. Pengunjung dapat melihat langsung keindahan arsitektur Nabatea yang terjaga selama ribuan tahun.
Namun, Hegra tetap menjadi pengingat penting bagi umat Islam akan konsekuensi dari pembangkangan kepada Allah. Kisah kaum Tsamud yang dihukum di wilayah ini menjadi salah satu bagian sejarah yang terus hidup dalam tradisi Islam, menjadikan Hegra lebih dari sekadar situs arkeologi—ia adalah tempat yang penuh dengan pelajaran spiritual.
Baca juga:
- Sejarah Masuknya Islam di Semenanjung Malaya hingga Indonesia
- Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024: Jejak Sejarah Maritim Indonesia Kembali Dilacak
Bagaimana pandangan Anda tentang Hegra? Apakah ini hanya warisan sejarah, ataukah pengingat akan kekuatan ilahi? Tuliskan pendapat Anda di kolom komentar! [isr]
Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network