Jakarta, Kabapadang – Dalam rangka peringatan Hari Kartini 2024, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menekankan pentingnya momentum ini untuk mendorong kesetaraan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Menurut Seskab, kemajuan pendidikan adalah kunci utama untuk mewujudkan visi Indonesia maju pada tahun 2045. “Kita semua berharap semangat Kartini terus menyala dalam hati kita, mendorong kemajuan bangsa dan negara,” kata Seskab dalam pernyataannya menjelang Hari Kartini yang jatuh pada Minggu, 21 April 2024.
Baca juga:
- Resmikan NasDem Tower, Surya Paloh Kenang Sumbar ‘Gudangnya’ Pahlawan dan Cendikiawan
- Sumbar Dapat Alokasi Tambahan 120.530 Ton Pupuk Bersubsidi
Pramono menggambarkan Kartini sebagai pahlawan yang berjuang gigih untuk kesetaraan gender. “Kartini adalah simbol kesetaraan, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Dia memberikan contoh dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan bagi perempuan,” ungkapnya.
Seskab berharap, perjuangan Kartini tidak hanya menjadi catatan sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan. “Meski zaman berubah, semangat dan cita-cita Kartini tetap konsisten dan relevan di setiap era,” pungkasnya.
Menyambut Hari Kartini, kita ingat dengan seorang pahlawan nasional perempuan Indonesia bernama Raden Ajeng Kartini yang lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Seorang perempuan Indonesia di era kolonialisme yang berperan dalam mengupayakan pencerahan di masanya bagi kalangan perempuan pribumi yang belum mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan.
Ia memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan di tengah budaya masyarakat dan diperkuat oleh penjajahan pada waktu itu belum memberikan ruang bagi perempuan untuk beraktifitas di ruang publik seperti sekarang.
Sebagai anak seorang Bupati bernama Raden Mas Adipati Ario Sosoningrat, Kartini kecil sempat mengenyam pendidikan hingga usia 12 tahun di Europee Lagere School (ELS) sebuah sekolah yang hanya bisa diikuti oleh orang-orang Belanda dan pribumi kaya. Ia termasuk seorang perempuan yang rajin membaca buku, majalah dan surat kabar dengan kritis dan membandingkan kondisi perempuan di sekitarnya yang jauh tertinggal dengan kondisi perempuan Eropa yang sudah maju.
Baginya perempuan pribumi juga berhak mendapatkan hal sama terutama dari sudut pendidikan. Ia banyak menulis harapan-harapannya untuk perempuan pribumi dalam surat-surat yang dikirimnya ke teman-temannya di Eropa. Kemudian tulisan-tulisan ini dikumpulkan oleh JH Abendanon (Mentri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia-Belanda) menjadi sebuah buku dengan judul “Door Duisternist tot Licht” yang diterbitkan tahun 1911 kemudian kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Pada tahun 1912 didirikan sekolah Kartini oleh keluarga Van Deventer yang diperuntukkan bagi kaum perempuan dalam rangka meneruskan cita-cita dan menghormati jasa Kartini walaupun ia telah wafat pada tahun 1904 dalam usia 25 tahun. [isr]
Ikuti Kabapedia.com di Google News