Fenomena Jatuhnya Kelas Menengah, Bagaimana Cara Bertahan?

oleh -128 Dilihat
Fenomena Jatuhnya Kelas Menengah, Bagaimana Cara Bertahan? [Foto: Dok. YouTube/Dr. Indrawan Nugroho]

Jakarta, Kabapedia.com – Pada tahun 2024, kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan drastis. Dari 2019 hingga 2024, jutaan orang jatuh miskin. Kondisi ini disebabkan oleh kenaikan harga bahan pokok yang tidak sejalan dengan pendapatan masyarakat yang stagnan. Jumlah kelas menengah berkurang hingga 9,48 juta orang dalam lima tahun terakhir, menurunkan daya beli secara signifikan. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan kesulitan menjual produk, karena daya tarik pasar tidak seperti dulu, bahkan beberapa perusahaan terancam bangkrut. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, negara maju pun pernah mengalami hal serupa, namun banyak perusahaan di sana berhasil selamat bahkan berjaya.

Baca juga:

Dari 2019 hingga 2024, kelas menengah di Indonesia terus berkurang 21,45%, hanya tersisa sekitar 47,85 juta orang. Di sisi lain, kelompok rentan miskin bertambah menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk. Melemahnya sektor manufaktur, yang seharusnya menyerap tenaga kerja non-sarjana, menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, kelas menengah kerap terabaikan karena dianggap mampu mengatasi masalahnya sendiri, meskipun kenyataannya mereka sering terancam PHK dan harus mengandalkan tabungan yang mungkin tidak mereka miliki.

Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan lebih dari 101 ribu pekerja terkena PHK. Akibatnya, jumlah pekerja sektor informal terus meningkat. Berdasarkan data BPS Februari 2023, 60,12% atau lebih dari 83 juta tenaga kerja berada di sektor informal. Mereka yang bekerja di sektor informal ini seringkali tidak memiliki jaminan sosial, sementara beban ekonomi terus meningkat, mulai dari biaya pendidikan hingga perumahan. Hal ini membuat banyak orang akhirnya terjerat pinjaman online yang menambah masalah sosial.

Di tahun 2024, pengeluaran kelas menengah untuk makanan naik menjadi 41,67% dari total konsumsi mereka. Mereka terpaksa mengubah gaya hidup, mengurangi makan di luar, dan lebih memprioritaskan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Di saat yang sama, biaya perumahan naik menjadi 28,52% dan pengeluaran untuk transportasi, listrik, bahan bakar, serta komunikasi juga meningkat dari 6,04% di tahun 2019 menjadi 6,48% di tahun 2024. Kelas menengah yang dulu bisa menikmati kemudahan seperti transportasi online, kini harus mencari alternatif yang lebih ekonomis.

Daya beli yang menurun membuat banyak konsumen memilih barang yang lebih murah tanpa mempedulikan merek atau kualitas. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan menurunkan harga barang agar stok habis dan arus kas tetap terjaga, meskipun ini berisiko menipisnya laba. Sebagai contoh, produsen kompor Quantum kehilangan pangsa pasar karena konsumennya beralih ke produk yang lebih murah meskipun kualitasnya lebih rendah. Quantum tidak bisa menurunkan harga karena biaya bahan baku dan upah tenaga kerja yang meningkat.

Untuk mengatasi kondisi ini, beberapa strategi bisa diambil oleh perusahaan. Salah satunya adalah efisiensi biaya produksi dan operasional agar harga bisa ditekan. Walmart, misalnya, memanfaatkan skala ekonomi dengan membeli barang dalam jumlah besar untuk menekan harga per unit. Perusahaan di Indonesia juga bisa memanfaatkan sumber daya lokal dan mengoptimalkan rantai pasokan tanpa mengorbankan kualitas.

Strategi lain yang bisa diterapkan adalah Blue Ocean Strategy, yaitu menciptakan pasar baru yang belum pernah dijamah pesaing. Contohnya adalah Muji, merek ritel asal Jepang yang berhasil mengurangi elemen-elemen tidak esensial seperti kemasan mewah, fokus pada produk fungsional yang unik, dan tetap menjaga harga terjangkau. Diversifikasi produk juga menjadi salah satu langkah efektif untuk menjangkau pasar yang lebih luas, seperti yang dilakukan Coca-Cola dengan memperkenalkan berbagai jenis minuman yang lebih murah dan kemasan yang lebih kecil.

Di sisi lain, pemerintah diharapkan mengambil langkah untuk meningkatkan daya beli kelas menengah, salah satunya dengan menarik lebih banyak investasi, terutama di sektor padat karya seperti manufaktur. Kebijakan yang menjaga stabilitas harga kebutuhan dasar dan menekan biaya pendidikan serta perumahan juga sangat diperlukan.

Baca juga:

Kelas menengah bukan hanya mendorong konsumsi, tetapi juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi jangka panjang. Jumlah kelas menengah yang terus menurun akan menyulitkan pencapaian visi Indonesia sebagai negara maju di tahun 2045. Perusahaan yang hebat tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi juga hadir sebagai solusi bagi pelanggannya di tengah situasi sulit. Adaptasi dan inovasi menjadi kunci untuk tetap relevan di pasar yang berubah. Bisnis yang sukses bukan hanya memenangkan hati pelanggan, tetapi juga mampu memberikan harapan dan solusi di saat yang paling dibutuhkan. [isr]

 

Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network 

No More Posts Available.

No more pages to load.