Padang, Kabapedia.com – Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) bakal menyebar sebanyak 3.000 unit stup lebah madu pada tahun ini. Hal ini terungkap saat penutupan kegiatan Sekolah Lapang Lebah Madu Tingkat Provinsi Sumbar Tahun 2023.
Penutupan dilakukan Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy di Farm KTH Ringan Trigona, Nagari Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Jumat (17//2023).
“Saya sangat menyambut baik inisiatif penyelenggaraan Sekolah Lapang Lebah Madu ini dan sangat relevan dengan visi dan misi kami yang telah tertuang dalam dokumen RPJMD Sumatera Barat 2021-2026, yaitu Meningkatkan nilai tambah dan produktivitas produk pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan termasuk kehutanan,” ujar Audy menutup kegiatan tersebut bersama Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozardwardi Usama Putra.
Wagub menekankan, dalam usaha mewujudkan visi-misi tersebut, maka titik berat pembangunan sektor ekonomi di Sumbar, ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik di perkotaan maupun di nagari/desa/kelurahan.
Hal ini diwujudkan dengan mendorong program/kegiatan yang mampu memberikan dampak bagi peningkatan pendapatan petani hutan, baik melalui intervensi pemerintah maupun fasilitasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti kalangan akademisi, badan usaha dan lembaga swadaya masyarakat.
Selain Perhutanan Sosial, Pemerintah juga mendukung pemberdayaan masyarakat yang berada di luar kawasan hutan melalui Kelompok Tani Hutan (KTH). Lahan dan ladang masyarakat (private) masih banyak yang belum dimanfaatkan secara baik dan optimal.
“Oleh karena itu, sasaran program dan kegiatan dari Pemerintah Provinsi juga menyasar pada kelompok masyarakat yang memiliki lahan dan tanah yang memiliki potensi berupa Madu, Kopi, Gaharu, Kemiri, Petai, Jengkol dan lainnya mampu mendorong peningkatan ekonomi masyarakat,” jelas Wagub.
Dia jaga menjelaskan, madu merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki kelezatan khas dan berbagai manfaat. Baik untuk tubuh manusia. Bahkan kekhasiatan madu ini telah tertulis di dalam kitab suci Alquran, yaitu pada surat An-Nahl ayat 68 dan 69.
Namun sangat disayangkan, walaupun madu memiliki banyak manfaat baik,tingkat konsumsi madu pada masyarakat kita masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
Diketahui, budidaya ternak lebah madu memiliki beberapa kelebihan dibanding budidaya hewan ternak lainnya. Usaha lebah madu tidak membutuhkan pakan dan modal dalam pemeliharaannya, sebab lebah madu akan mencari makanan sendiri, namun hasil
panen dari usaha budidaya tersebut sangat menjanjikan, terutama lebah tanpa sengat (lebah Galo-Galo).
Sebelumnya, Gerakan Minum Madu Asli (GEMMA) yang telah dicanangkan pada tahun 2021 lalu, telah memberikan warna baru dalam pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, melalui Perhutanan Sosial dan Kelompok Tani Hutan (KTH). Implementasinya diwujudkan dalam bentuk peningkatan kapasitas kelompok penerima bantuan berupa Sekolah Lapang
serta pemberian stup lebah madu Galo Galo kepada masyarakat.
Selain mendapatkan ilmu secara teori dan praktek, masyarakat juga mendapatkan bantuan stup lebah untuk dipelihara dan dimanfaatkan secara langsung dengan harapan bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi petani hutan. Memelihara Lebah cukup memanfaatkan lahan kecil, pekarangan rumah dan taman sekitar rumah dan cukup menyediakan pakan yang cukup untuk Lebah.
“Tentu, selain dari nilai uang, petani hutan juga mendapatkan manfaat sehat dari Madu, bee pollent dan propolis sebagai produk turunannya. Saudara-Saudara yang saya hormati, Saya berikan apresiasi kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat serta semua pihak yang telah menyelenggarakan,” jelas Audy.
Sementara itu, Kadishut Sumbar, Yozardwardi menjelaskan, Sekolah Lapang Lebah Madu Tingkat Provinsi Sumbar Tahun 2023, diharapkan menambah kelompok masyarakat untuk mendapatkan tambahan ilmu, belajar dan mempraktekkan cara berbudidaya lebah Madu.
Dimulai se Selasa- Kamis, 15 – 17 Maret 2023, sebanyak 50 orang peserta kegiatan ini berasal dari 10 UPTD KPHL unit dari 19 kabupaten/kota di Sumbar.
Menurut dia, salah satu potensi Hasil Hutan Bukan Kayu yang digemari masyarakat saat ini adalah Lebah Madu, baik itu Lebah Sengat maupun Lebah Tanpa Sengat. Budidaya lebah madu telah dilakukan oleh masyarakat secara swadaya termasuk kelompok masyarakat yang telah mendapatkan izin Perhutanan Sosial atau Kelompok Tani Hutan
Data menunjukan, Sumbar memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan peternakan lebah madu. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor pendukung seperti banyaknya jenis hutan dan kebun masyarakat, dengan berbagai tanaman serta iklim yang memungkinkan bunga tersedia sepanjang tahun, yang merupakan sumber makanan pokok lebah madu.
Beternak lebah madu merupakan suatu usaha yang menguntungkan. Nilai ekonomi, nilai gizi dan nilai kesehatan lingkungan yang didapatkan dari budidaya lebah madu menjadikan usaha ini memiliki ruang atau trend tersendiri bagi masyarakat dan menjadikan usaha ini sebagai bisnis tambahan bagi masyarakat baik itu di dalam maupun sekitar kawasan hutan. Selain madu yang merupakan hasil utama, juga ada hasil sampingannya seperti Malam/Lilin lebah, Tepungsari (pollen), Royal Jelly, Propolis, Kain Kasa dan lain sebagainya.
Dalam rangka mendukung pencapaian salah satu target Program Unggulan Provinsi Sumatera Barat yaitu Penyediaan Stup Lebah Madu, yang disediakan tahun 2023 sebanyak 3.000 Unit, sekaligus mendorong pengembangan usaha Perhutanan Sosial di Sumbar.
Untuk mendukung ini, Dinas Kehutanan Sumbar telah menganggarkan Program Pengembangan Sarana dan Prasarana Usaha Ekonomi Produktif, berupa Budidaya Lebah Madu untuk kelompok Perhutanan Sosial dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Tahun Anggaran 2023.
Guna mendukung keberhasilan kegiatan tersebut dan belajar dan pengalaman pengadaan stup tahun sebelumnya, perlu dilakukan upaya dan inovasi dalam mensiasati ketersediaan stup lebah melalui pola Perbanyakan Koloni Lebah Galo-Galo, upaya ini dilakukan agar ketersediaan lebah secara alami tetap terjaga.
Baca Juga: Dishut Sumbar Penuhi Target Sasaran dan Progul 2022 di Tengah Keterbatasan Anggaran
“Melalui pembekalan dan transformasi ilmu dan praktek lapangan tentang budidaya lebah madu Galo-Galo melalui pola Perbanyakan Koloni kepada kelompok masyarakat yang sudah pernah menerima bantuan atau sudah memiliki stup lebah Galo-Galo melalui Sekolah Lapang Budidaya Lebah Madu, yang akan disampaikan langsung oleh Pakar dan Akademisi yang berkompeten di bidang perlebahan,” jelas Yozardwardi. [isr]
Baca berita lainnya Kabapedia.com di Google News