Dijuluki Raja Jalanan!! Ini Sejarah Bus Legendaris ALS

oleh -34 Dilihat
Bus ALS. Salah satu PO yang dijuluki raja jalanan Sumatera. [Foto: Dok. Ist]

Medan, Kabapedia.com – ALS, tentu sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Pulau Sumatera maupun Pulau Jawa. Nama ini merupakan singkatan dari “Antar Lintas Sumatera,” perusahaan otobus (PO) asal Kota Nopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Dengan armada bus berwarna hijau yang khas, Bus ALS juga dikenal sebagai raja jalanan hingga si raja paket, karena sering membawa paket barang di atas busnya.

Baca juga:

Bagi masyarakat Sumatera atau mereka yang sering bepergian dari Sumatera ke Jawa menggunakan transportasi darat, ALS bukanlah hal baru. Perusahaan otobus ini bisa dibilang sebagai salah satu pelopor transportasi darat jarak jauh di Indonesia dan telah menjadi saksi sejarah perkembangan transportasi di negeri ini.

Perusahaan ini didirikan pada 29 September 1966 di Kota Nopan, Mandailing Natal. Saat itu, banyak perusahaan otobus di Sumatera menggunakan singkatan dalam nama mereka, seperti NPM, ANS, dan PMTOH. ALS memulai trayek pertamanya dari Nopan menuju Medan dengan armada bus bermerek Dodge dan Chevrolet yang berasal dari Amerika. Melihat respon positif dari masyarakat, ALS kemudian memindahkan kantor pelayanannya ke Medan pada tahun 1972 dan memperluas trayeknya ke kota-kota besar di Sumatera, seperti Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, hingga Bandar Lampung.

Pada masa itu, perjalanan darat bisa memakan waktu berhari-hari karena kondisi jalan yang belum memadai. Bahkan, fasilitas jembatan masih terbatas, sehingga untuk menyeberangi sungai, bus harus menggunakan perahu ponton. ALS mencapai puncak kejayaannya pada era 1990-an, saat Pelabuhan Merak dan Bakauheni terhubung melalui layanan kapal feri. Dengan semangat masyarakat Mandailing, ALS mulai merambah ke kota-kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, hingga Surabaya. Bahkan, ALS juga pernah membuka trayek hingga Pulau Bali.

Ketika brand Eropa dan Jepang mulai masuk ke Indonesia pada era 70-an hingga 80-an, ALS pun beralih menggunakan sasis Mercedes-Benz dan tetap setia dengan merek ini hingga sekarang. Hal ini karena medan berat yang harus dilalui bus ALS memerlukan sasis yang kuat dan bertenaga. Uniknya, armada bus ALS sebagian besar merupakan titipan dari beberapa keluarga besar, bukan dimiliki oleh satu orang. Kode nomor pada pintu depan bus menunjukkan kepemilikan bus tersebut. Misalnya, angka satu menunjukkan kepemilikan ketua PO ALS, sementara angka lainnya menunjukkan kepemilikan keluarga lain, seperti Haj Kolol, Jaya Parko, Raja Ali Lubis, dan Abdul Wahab Lubis.

Sekarang, perusahaan ini dikelola oleh generasi kedua, yaitu anak atau cucu dari pemilik bus-bus ALS. Namun, meskipun beberapa trayek, seperti Banda Aceh, sudah tidak beroperasi karena kalah bersaing, ALS tetap menjadi favorit bagi masyarakat Sumatera Utara, khususnya di Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, untuk perjalanan ke kota-kota besar di Pulau Jawa. Trayek Medan-Jember, yang merupakan trayek AKAP terjauh di Indonesia dengan jarak sekitar 2.900 km, masih tetap dipertahankan. Perjalanan panjang ini dilayani oleh kru yang terdiri dari dua sopir, dua kondektur, dan kadang-kadang satu mekanik.

Kini, di usianya yang hampir menyentuh 58 tahun, ALS terus berusaha memberikan pelayanan terbaik dengan memperbarui armadanya. Mereka telah mencoba jajaran sasis Mercedes-Benz terbaru, seperti OH 1525, OH 126, OH 1626, hingga O500R 1836. Armada ini dibalut dengan body dari berbagai karoseri besar, seperti Cipta Karya, Rahayu Sentosa, Restu Ibu, New Armada, Laksana, Tentrem, Morodadi Prima, hingga Adi Putro.

Baca juga:

Meskipun banyak perusahaan otobus yang menawarkan armada lebih mewah, cepat, dan nyaman, ALS tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen loyalnya. Siapa di antara kalian yang pernah naik bus ALS? Atau bahkan menjadi penggemar setia PO ALS ini? Bagi yang sudah pernah merasakan perjalanan dengan trayek terjauh Medan-Jember, tuliskan pengalaman kalian di kolom komentar! [isr]

 

Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network 

No More Posts Available.

No more pages to load.