Krisis Inggris: Ketika Jantung Ekonomi Global Mulai Meredup

oleh -19 Dilihat
Krisis Inggris. Ilustrasi [Foto: Dok. Ist]

Kabapedia.com – Inggris, sebuah negara yang pernah menjadi pusat inovasi dan kekuatan ekonomi global, kini menghadapi tantangan terbesar dalam sejarah modernnya. Negara yang dikenal sebagai “jantung revolusi industri dunia” ini kini dihantam oleh gelombang krisis yang merongrong stabilitas sosial dan ekonominya.

Baca juga:

Pada September 2022, inflasi Inggris mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun, melonjak lebih dari 10%. Dampaknya sangat terasa: harga bahan pangan naik hingga 20%, memaksa banyak keluarga menghadapi pilihan memilukan—menghangatkan rumah mereka di musim dingin atau menyimpan uang untuk makan. Pilihan tragis ini semakin ironis, mengingat posisi Inggris sebagai simbol kemakmuran pada abad-abad sebelumnya.

Krisis biaya hidup memicu serangkaian aksi protes di seluruh Inggris. Selama 2022 dan 2023, serikat pekerja dari berbagai sektor—mulai dari perkeretaapian, pos, pendidikan, hingga kesehatan—menggelar mogok kerja, menuntut kenaikan upah yang sebanding dengan inflasi. Pada awal 2023, lebih dari 100.000 perawat melakukan mogok kerja terbesar dalam sejarah layanan kesehatan Inggris, menyoroti semakin dalamnya ketidakpuasan terhadap pemerintah.

Di tengah meningkatnya ketidakstabilan sosial, utang nasional Inggris melampaui 100% dari PDB, level tertinggi sejak akhir Perang Dunia II. Langkah ini dilakukan untuk menopang perekonomian jangka pendek, namun konsekuensinya adalah memperburuk beban fiskal yang dapat membatasi investasi masa depan.

Brexit: Awal Mula Ketidakpastian Ekonomi

Akar dari krisis ini dapat ditelusuri kembali ke keputusan Inggris pada 2016 untuk keluar dari Uni Eropa—dikenal sebagai Brexit. Dalam referendum yang dimenangkan tipis oleh kubu “Leave” (52%), Inggris memutuskan untuk “mengambil kendali” atas kebijakan perdagangan, migrasi, dan hukum dari Uni Eropa.

No More Posts Available.

No more pages to load.