Tapan, Kabapedia.com – Kepala Perwakilan BKKBN Sumatra Barat (Sumbar), Fatmawati berharap agar stunting (penyakit terhambatnya tumbuh kembang anak) dapat diintervensi sejak awal melalui peran keluarga. Untuk lebih efektif Fatmawati menyarankan agar semua pemangku kebijakan, terutama Pemerintah Daerah (Pemda) menyasar atau mengintervensi keluarga berisiko stunting.
“Untuk keluarga berisiko stunting datanya didapatkan dari Pendataan Keluarga,” ujar Fatmawati saat Kegiatan Sosialisasi Advokasi dan KIE Penurunan Stunting di Sumbar Bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI, bertempat di Aula UDKP Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Jumat (15/9/2023).
Kegiatan ini dihadiri Anggota Komisi IX DPR RI, Darul Siska, Anggota DPRD Provinsi Sumbar, Zarpideson, Camat Ranah Ampek Hulu Tapan, Agnes Dheno Arnas serta tokoh masyarakat sekitar.
Ia Fatmawati, sebanyak 1,2 juta kepala keluarga telah didata untuk melihat pembangunan keluarga seperti apa, kemandirian, ketentraman, kebahagiaan dan melihat kondisi kependudukan dan KB, dan itu dimutakhirkan setiap tahun.
Lebih jauh Dia mengatakan, stunting adalah kondisi terjadinya gangguan pada seorang anak akibat kekurangan gizi dan infeksi yang menahun, ini ditandai dengan pendeknya seorang anak.
“Tapi bukan berarti setiap anak yang pendek itu stunting, kalau stunting pasti pendek, sedangkan anak yang pendek itu belum tentu stunting,” ucap Dia.
Ditambahkannya, bahwa penekanan angka stunting sebenarnya sudah lama, namun menggelora setelah terbitnya Perpres no. 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting. Fatmawati juga menyebut di dalam percepatan penurunan stunting masyarakat juga diharapkan ikut terlibat.
“Karena di dalam menangani stunting kita harus melakukan tindakan preventif,” ujarnya menjelaskan.
Lebih lanjut Dia mengatakan, bahwasanya untuk penanganan stunting itu dimulai dari pencegahan, yaitu dari calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu pasca salin dan keluarga yang mempunyai balita.
Sementara itu Anggota komisi IX DPR RI, Darul Siska dalam arahannya mengatakan, semua keluarga ingin punya anak yang pintar dan tidak stunting, anak yang membanggakan dan membahagiakan.
Ia menyebutkan ciri-ciri anak yang membanggakan yaitu fisiknya sehat, otaknya cerdas, imannya kuat, sesuai dengan lagu mars KB “anak yang sehat cerdas dan kuat”.
“Oleh sebab itu calon pengantin laki-laki harus siap secara fisik, mental, dan ekonomi supaya nanti kalau istrinya hamil gizinya tercukupi, makanya ideal usia menikah untuk laki-laki yaitu 25 tahun dan perempuan umur 21 tahun”, ungkapnya.
Sementara itu camat Ranah Ampek Hulu Tapan, Agnes Dheno Arnas mengatakan, jumlah penduduk di daerahnya mencapai 15 ribu orang, berdasarkan data BPS tahun 2022.
“Wilayah tersebut terdiri dari 10 pemerintah nagari serta 20 kampung, dari sebanyak 15 ribu orang masyarakat terdapat 30 anak dikategorikan stunting,” ucapnya.
Dia menyebut bahwa stunting menjadi suatu masalah yang sudah menjadi isu ditingkat nasional pada saat sekarang ini. Agnes Dheno Arnas berharap anak-anak di daerahnya tidak lagi menderita stunting.
Dia menyebut bahwa dalam mengatasi masalah stunting pemerintah kabupaten Pesisir Selatan tidak membiarkan ini terjadi, dia menyebut bahwa sudah menggalakan program BAAS (bapak/bunda asuh anak stunting).
Selain itu, program BAAS digagas dalam bentuk berapa banyak anak stunting di kabupaten Pesisir Selatan, kemudian masing-masing Kepala OPD dan pimpinan BUMD dan BUMN diajak ikut serta dan mengambil satu orang anak untuk menjadi anak asuhnya, dan program ini berjalan sampai ke Kecamatan Ranah Ampek Ampek Hulu Tapan.
Baca juga: BKKBN Sumbar-Jambi Kerjasama Percepat Capaian Program KB di Perbatasan
Sementara itu Kepala OPD KB Pesisir Selatan, Zulkifli juga berharap agar pihak keluarga dapat bekerjasama dengan pemerintah terkait penurunan angka stunting. [isr]
Ikuti Kabapedia.com di Google News