2. Masjid Raya Ampek Lingkuang
Masjid yang didirikan pada tahun 1867 ini berdiri di lahan seluas 2.000 meter persegi. Bangunannya terbuat dari campuran bata, mortar dan batu. Sedangkan atapnya terbuat dari seng.
Soal desain, Masjid Raya Ampek Lingkuang hampir sama dengan masjid-masjid kuno lainnya di Minangkabau. Hal itu ditandai dengan bangunan utama yang berdenah bujur sangkar, atapnya berbentuk limas, bertingkat-tingkat dan lantai yang ditinggikan.
Masjid ini dinamakan Ampek Lingkung karena terdapat empat kaum yang terlibat dalam pembangunan masjid. Empat kaum tersebut adalah Balah Hilia, Sunguliang, Sungai Abang dan Koto Buruak. Mereka bersepakat membangun masjid di daerah Balah Hilia untuk memudahkan masyarakat beribadah dalam menjalankan kewajiban beragama.
Nah walaupun tergolong masjid tua, Masjid Raya Ampek Lingkuang masih menjadi tempat kegiatan keagamaan, seperti acara peringatan Maulid Nabi dan majelis taklim, serta tempat musyawarah masyarakat setempat.