Jakarta, Kabapedia.com – Siapa tak kenal Timothy Ronald? Miliarder muda Indonesia yang sukses mengubah modal Rp1 juta menjadi kekayaan Rp1 triliun dalam 10 tahun ini baru saja membongkar rahasia di balik kesuksesannya—dan lebih penting lagi—kesalahan-kesalahan fatal dalam investasi yang sempat membuatnya kehilangan miliaran rupiah. Lantas bagaimana kisahnya? Yuk simak ulasan Kabapedia.com berikut.
Baca juga:
- Bagaimana Cara Keluar dari Perangkap Uang, Ini Tips dari Timothy Ronald
- Timothy Ronald Bagikan 7 Aturan Hidup untuk Menjadi Kaya
Dalam video terbarunya di YouTube, “125 Kesalahan Terbesar Investasi Gua Selama 10 Tahun di Market”, Timothy berbagi pengalaman mentah-mentah sebagai investor. Bukan sekadar teori, melainkan pelajaran nyata yang ia dapatkan dengan “membayar mahal” di pasar modal.
Dari Rp1 Juta ke Rp1 Triliun: Track Record yang Tak Terbantahkan
Sebelum masuk ke kesalahan-kesalahannya, Timothy menegaskan kredibilitasnya sebagai praktisi pasar modal.
*”Saya mulai dengan Rp1 juta, dan dalam 10 tahun, portofolio saya mencapai Rp1 triliun. Tapi jalan ke sana tidak mulus—banyak kesalahan yang harus saya akui,”* ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya belajar dari kesalahan orang lain, termasuk mentor-mentornya seperti Warren Buffett.
5 Kesalahan yang Nyaris Menghancurkan Portofolio Timothy
1. Lupa Investasi ke Aset Terpenting: Diri Sendiri
Kesalahan pertama? Terlalu fokus pada aset finansial, tapi lupa mengembangkan diri. “Saya dulu berpikir, baca buku *Intelligent Investor* saja cukup. Padahal, dunia investasi terus berubah. Sekarang, saya rela mengeluarkan Rp1 miliar per tahun untuk langganan Bloomberg, Morningstar, dan sumber data premium lainnya,” paparnya.
2. Terjebak Home Bias, Padahal Peluang Ada di Global
Timothy mengaku terlalu lama berkutat di saham Indonesia, yang hanya mencakup 0,11% pasar global. “Saya seperti naik kapal kayu saat badai datang, padahal di luar sana ada kapal supercepat seperti Bitcoin, Nvidia, atau Taiwan Semiconductor,” katanya. Menurut dia, pelajaran penting yang bisa dipetik dari poin ini adalah jangan batasi portofolio hanya di dalam negeri.
3. Takut All-In Saat Peluang Emas Tiba
Di 2018, ia melewatkan momen beli Bitcoin saat harganya anjlok karena trauma shitcoin. Padahal, kalau saat itu saya berani, kekayaan saya bisa 10 kali lipat sekarang. Tapi saya malah memilih saham bank yang aman,” sesalnya. Menurut dia “‘Risk management penting, tapi jangan sampai takut mengambil peluang besar.”
4. Jatuh Cinta pada Saham yang Salah
Kisah paling pahit? Kehilangan 35% portofolio karena terlalu percaya pada sebuah startup teknologi Indonesia yang akhirnya bangkrut. Saya tergoda narasi ‘marketplace pertama yang IPO’, tapi ternyata manajemennya berantakan. Sekarang, saya lebih cepat cut loss jika melihat tanda-tanda bahaya,” ungkapnya.
5. Trading Balas Dendam Saat Rugi
Ketika portofolionya anjlok, Timothy sempat melakukan revenge trading—berusaha menutupi kerugian dengan mengambil risiko lebih besar. Hasilnya? Kerugian makin dalam.
“Warren Buffett saja pernah salah beli saham airline dan cut loss. Jadi, kalau sudah rugi, berhenti dulu. Jangan malah menggali lubang lebih dalam,” tegasnya.
Kunci Sukses Timothy: Fokus pada *Circle of Competence
Satu prinsip yang ia pegang teguh: hanya berinvestasi di instrumen yang benar-benar dipahami. “Saya paham betul Bitcoin, tapi kalau ada yang tawarin private equity di India, saya tolak. Kenali batas pengetahuanmu, jangan sok jago,” tandasnya.
Baca juga:
- Timothy Ronald Bagikan Tips Mengumpulkan Rp100 Juta Pertama bagi Pelajar dan Mahasiswa
- Rahasia Timothy Ronald dari Nol Hingga Triliun di Usia 23 Tahun [Full Bagian]
Timothy menutup dengan nasihat berharga: “Berkembanglah dari kesalahan”. *Saya masih sering salah, tapi yang penting tak mengulangi kesalahan yang sama. Di investasi, yang menang bukan yang paling pintar, tapi yang paling cepat belajar.” [isr]
Tonton Kisah Lengkapnya di: [Link Berikut]
Catatan Redaksi: Artikel ini disarikan dari video Timothy Ronald dengan penyesuaian bahasa jurnalistik. Setiap kutipan merupakan pernyataan langsung dari narasumber.
Ikuti Kabapedia Network di Google News dan KabaPadang