Padang, Kabapedia.com – Mengenal megathrust Mentawai, zona gempa yang pernah picu tsunami besar. Zona megathrust Mentawai tengah ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia saat ini.
Ya nama megathrust Mentawai makin booming pasca gempa tektonik 7,3 magnitudo yang mengguncang wilayah pantai Barat Sumatra, pada hari Selasa (25/4/2023), pukul 03.00.57 WIB.
Zona Megathrust Mentawai merupakan hasil dari aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di bawah Lempeng Eurasia. Zona yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar) ini merupakan area tektonik aktif yang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami yang cukup besar.
Menurut sejarahnya, keberadaan zona megathrust ini bukanlah hal baru, namun sudah ada sejak jutaan tahun lalu saat rangkaian busur kepulauan Indonesia terbentuk. Sejarah gempa besar di Kepulauan Mentawai pertama kali tercatat pada tahun 1797.
Kala itu pada 10 Februari 1797 telah terjadi gempa berkekuatan M 8,5 di zona megathrust tersebut memicu tsunami dan menewaskan 300 orang. Gempa ini terjadi akibat aktivitas megathrust yang terjadi dengan mekanisme sesar naik berarah barat laut tenggara dan sudut landai.
Gempa terbaru di zona megathrust Mentawai terjadi pada Selasa (25/4/2023) pukul 03.00 WIB dengan magnitudo (M) 7,3 dan menyebabkan gelombang tsunami kecil. BNPB meminta masyarakat tetap waspada dengan potensi gempa susulan pascagempa berkekuatan 7,3 magnitudo di Mentawai.
Oleh karena itu, wilayah Megathrust Mentawai termasuk daerah yang rawan bencana. Pemerintah dan para ahli geologi terus melakukan pemantauan dan pengamatan untuk mengurangi risiko bencana di daerah ini, seperti dengan membentuk sistem peringatan dini tsunami dan melaksanakan edukasi kesiapsiagaan masyarakat.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berulang kali memperingatkan ancaman gempa bumi di zona Megathrust Mentawai, Provinsi Sumbar.
Deputi Geofisika BMKG, Dr. Suko Prayitno Adi membenarkan besarnya potensi ancaman gempa Megathrust Mentawai tersebut. Menurutnya potensi yang ditimbulkan megathrust Mentawai ini mirip gempa dahsyat yang terjadi di negara Turki baru-baru ini.
“Hal ini dikarenakan di daratan wilayah Sumbar juga memiliki potensi besar, dan sesarnya saling berkaitan atau berdekatan,” kata Suko kepada awak media, usai Rapat Koordinasi Forum Perangkat Daerah Bidang Penanggulangan Bencana Provinsi Sumbar di Padang, pada Kamis, (9/3/2023).
Meski demikian, menurut Suko ancamannya menjadi besar hanya jika terjadi goncangan pada suatu sesar dan mempengaruhi sesar yang lain. Pasalnya, ketersinggungan ke sesar yang lain akan mempengaruhi sistem pada sesar yang bisa menimbulkan dampak besar.
“Walau begitu, masyarakat tidak perlu takut dan khawatir berlebihan. Namun yang perlu dilakukan, yakni menyiapkan masyarakat yang siaga bencana untuk mengurangi risiko,” jelas Suko.
Salah satunya yang mesti disiapkan, lanjutnya, melakukan perencanaan bangunan yang benar sesuai kondisi wilayah masing-masing. Misalnya, menyiapkan infrastruktur atau bangunan yang tahan gempa, dan membuat jalur evakuasi yang jelas.
Suko kembali menekankan, potensi gempa bumi besar yang masih tersimpan di Megathrust Mentawai tersebut dan bahkan bisa memungkinkan terjadinya tsunami. Mantan Rektor Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) ini memperkirakan, kekuatan gempa di Megathrust Mentawai ini mencapai 8,9 SR. Dia menilai, dengan kekuatan ini sangat memungkinkan terjadinya tsunami.
“Isu ancaman Megathrust Mentawai, harus jadi perhatian serius. Megathrust memang ada potensi terjadinya gempa yang besar, dan kemungkinan berpotensi tsunami,” ingat dia.
Untuk itu Mantan Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Angkasapura Jayapura ini mengimbau agar BPBD se-Sumbar menguatkan kolaborasi dengan semua pihak, baik instansi maupun dengan stakeholder lainnya.
Baca Juga: BMKG Ungkap Potensi Megathrust Mentawai Mirip Gempa Turki
Kemudian, juga mengajak Pusdalops Penanggulangan Bencana BPBD se-Sumbar meningkatkan koordinasi dengan semua pihak terkait, termasuk dengan Orari, RAPI, dan semua relawan kebencanaan yang ada di daerah. [*/Kpd]
Simak berita Kabapedia.com di Google News