Mengapa Kita Didoktrin Untuk Menjadi Miskin?

oleh -434 Dilihat
Miskin dan kaya. Ilustrasi [Grafis: Dok. Kabapedia.com]

Jakarta, Kabapedia.com – Sejak lahir kita telah didoktrin dalam sistem yang dirancang untuk menjadikan kita miskin. Sistem ini diciptakan oleh sekelompok orang yang memanfaatkan kita untuk keuntungan mereka, membuat mereka semakin kaya. Ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan mungkin kita tidak menyadari bahwa kita telah menjadi produk dalam sistem ini.

Siapa Pembuat Sistem Ini?

Sebelum kita mencari tahu lebih dalam, kita harus memahami bahwa identitas kita sebagai orang dewasa cenderung ditentukan oleh lingkungan tempat kita dilahirkan. Seorang psikolog bernama Bread Clots menemukan konsep ‘manuskrip’, yang menyatakan bahwa ada empat tipe orang yang mendapatkan uang berdasarkan apa yang dilakukan orang tua mereka.

Baca juga:

Jika kita lahir dari keluarga yang berjuang secara finansial dan merasa bahwa uang adalah akar dari masalah, kemungkinan besar ketika dewasa, kita akan memandang uang dengan cara yang sama. Sebaliknya, jika kita lahir dari keluarga yang bergelimang harta dan memandang uang sebagai pemecah masalah, kemungkinan besar ketika dewasa, kita juga akan memandang uang dengan cara yang sama.

Pola Pikir dan Kondisi Hidup

Pola pikir kita di usia tujuh tahun pertama kemungkinan menentukan siapa kita ketika dewasa. Ini disebut dengan ‘Area Teta’. Di usia 0 sampai 7 tahun, otak kita berada dalam frekuensi yang lebih rendah, sehingga 95% kondisi hidup kita berjalan secara alam bawah sadar. Fase ini disebut dengan ‘Teta’.

Pemrograman Alam Bawah Sadar

Pemrograman alam bawah sadar kita dimulai ketika kita masuk sekolah. Sistem sekolah yang kita kenal sekarang berusia sekitar 200 tahun. Awalnya, sistem pendidikan formal mahal dan hanya diperuntukkan untuk para elit. Namun, ketika revolusi industri dimulai, permintaan pekerja meningkat dengan cepat.

Frederick The Great, seorang raja Prusia, adalah dalang di balik perubahan awal sistem pendidikan formal yang kita kenal sekarang. Dia menciptakan sistem pendidikan Prusia di tahun 1800-an dengan tujuan untuk membangun kelas pekerja yang patuh dan produktif.

Sistem Pendidikan dan Kekayaan

Sistem pendidikan kita mengalami banyak perubahan, tetapi nilai-nilai karakteristik dari sistem pendidikan Prusia tetap ada sampai sekarang. Karakteristik ini meliputi kurikulum yang ketat dan standar, fokus pembelajaran akademik, disiplin dan keteraturan yang tinggi, dan dikelola oleh pemerintah pusat.

Sebagai anak-anak, kita memiliki imajinasi untuk melakukan apa pun yang kita mau. Namun, sistem yang kita mulai dari kecil ini mematahkan imajinasi kita dari tahun ke tahun dan membuat kita terpaku pada sistem yang ada. Ini adalah salah satu alasan mengapa orang kaya semakin kaya dan orang miskin tetap miskin.

Dengan memahami sistem ini, kita dapat mulai merubah pola pikir kita tentang uang dan kekayaan, dan mungkin suatu hari, kita bisa keluar dari sistem ini dan menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk diri kita sendiri.

Apa yang ada di pikiran Anda tentang kebebasan? Apakah itu sekadar rutinitas harian seperti bersekolah, berlomba menjadi juara kelas, lulus, bekerja, menikah, dan pensiun dengan uang tabungan yang kita kumpulkan selama bekerja? Bukankah ini adalah gambaran hidup yang seringkali dijual kepada kita melalui berbagai media?

Film-film yang kita tonton seringkali mendoktrin kita dengan stigma bahwa orang kaya adalah orang yang arogan dan egois, sedangkan orang miskin digambarkan sebagai orang yang rendah hati dan penyabar. Ini adalah contoh doktrin yang mempermudah kita untuk masuk ke dalam sistem ini dan tanpa kita sadari, inilah yang merubah perspektif kita terhadap uang dan kekayaan.

Sistem ini membuat kita percaya bahwa kita harus mengambil jalan yang aman untuk hidup yang nyaman: pergi ke sekolah, lulus, dan bekerja sampai akhir hayat. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan sistem ini selama kita menikmatinya. Lagipula, memang tidak semua orang bisa menjadi pengusaha.

Namun, ketika kita masuk ke dalam sistem yang sudah terbentuk sedemikian rupa, ada banyak aspek yang di luar kendali kita. Misalnya, bencana alam, PHK, atau kenaikan gaji yang tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup. Dalam sistem ini, musuh terbesar kita adalah hutang. Hutang adalah cara sistem ini mengunci hidup kita selama puluhan tahun dengan pekerjaan yang kita dapat dari ijazah sekolah kita.

Kita mendapatkan kenaikan upah yang tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup. Hutang KPR, kredit kendaraan, biaya pendidikan anak, semuanya menyebabkan sisa hidup kita hanya untuk berlari di tempat. Secara perlahan, ini membawa kita pada kemiskinan.

Saya tidak berani mengatakan secara eksplisit bahwa sekolah itu penipuan. Bagaimanapun, sekolah mengajarkan kita ilmu-ilmu dasar. Bahkan, Anda bisa mengerti artikel ini karena belajar dari sekolah. Tapi sebagai manusia, kita harus bebas untuk mengetahui apa yang kita konsumsi dari dulu sampai sekarang.

Walaupun sistem pendidikan ini membuat kita berpikir secara medioker dan otak kita terbiasa dengan sistem yang ada, masih ada langkah yang bisa kita lakukan untuk membebaskan diri dari sistem yang menguntungkan segelintir pihak ini.

Saya tidak meminta Anda untuk melakukan aksi berisiko tinggi berdasarkan artikel ini, seperti putus sekolah atau resign dari pekerjaan tetap. Namun, ada alternatif yang bisa kita lakukan. Sebagian besar hidup kita dikendalikan oleh alam bawah sadar kita, yang menuntun kita dalam mengambil keputusan dan tindakan.

Baca juga:

Alam bawah sadar kita belajar melalui pengulangan. Oleh karena itu, kita harus terbiasa untuk mengatur ulang otak kita, yaitu dengan menyisihkan waktu untuk membaca atau menonton konten sosial media yang mengedukasi kita secara finansial. Dengan mengonsumsi konten-konten atau bacaan yang mengedukasi secara finansial, semua itu akan tertanam di alam bawah sadar kita dan itu akan menentukan kita dalam mengambil keputusan. [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.