Selain itu, mobilisasi militer besar-besaran memicu eksodus kaum muda dan profesional terdidik dari Rusia. Data resmi menunjukkan lebih dari 500.000 hingga 1 juta warga Rusia, termasuk insinyur, dokter, dan teknisi, meninggalkan negara itu sejak awal konflik. Negara-negara seperti Kazakhstan, Georgia, Armenia, dan Turki menjadi tujuan utama mereka.
Pada 2024, populasi Rusia diperkirakan mencapai 144,8 juta jiwa, dengan rasio gender 86 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Perbedaan ini semakin nyata dalam harapan hidup, di mana laki-laki Rusia rata-rata hidup hingga 65,5 tahun, sembilan tahun lebih pendek dibandingkan perempuan.
Ketidakseimbangan ini memengaruhi pasar tenaga kerja dan dinamika keluarga. Dengan lebih sedikit laki-laki, banyak perempuan harus mengambil alih peran sebagai pencari nafkah utama. Sektor-sektor seperti pendidikan, kesehatan, dan pelayanan umum kini didominasi perempuan, yang menghadapi tekanan ekonomi dan sosial yang berat akibat inflasi tinggi dan kontraksi ekonomi.
Dalam kehidupan pribadi, perempuan Rusia juga mengalami kesulitan menemukan pasangan. Tingkat pernikahan menurun, dan angka kelahiran terus merosot. Pada 2023, rata-rata angka kelahiran di Rusia hanya 1,3 anak per wanita, jauh di bawah tingkat penggantian populasi sebesar 2,1 anak per wanita.
Krisis demografi ini memengaruhi semua aspek kehidupan di Rusia. Populasi yang menua—lebih dari 20% kini berusia di atas 60 tahun—menambah beban pada sistem pensiun berbasis kontribusi negara. Dengan semakin sedikit pekerja muda yang membayar pajak, pendanaan layanan kesehatan dan pensiun menghadapi tekanan besar.
Perang berkepanjangan di Ukraina tidak hanya merenggut nyawa dan melumpuhkan ekonomi, tetapi juga meninggalkan luka psikologis yang mendalam, terutama bagi perempuan yang kehilangan anggota keluarga di medan perang. Mereka kini harus bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi dan sosial yang menghantui Rusia.
Baca juga:
- Perang Bus Listrik di Busworld 2024: Mana yang Paling Canggih!! Ada dari Indonesia?
- Menengok Bayan Ulgii: Kota Kantung Umat Islam di Mongolia
Seperti sebuah negara yang gagah di luar tetapi rapuh di dalam, Rusia menghadapi ancaman eksistensial dari dalam dirinya sendiri. Jika tak ada upaya strategis untuk mengatasi krisis demografi ini, prospek Rusia sebagai kekuatan besar di dunia mungkin tak akan sekuat gambaran masa lalunya. [isr]
Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network