Kisah Prayogo Pangestu, Dari Sopir Angkot jadi Triliuner

oleh -340 Dilihat
Prayogo Pangestu, Dari Sopir Angkot jadi Triliuner. Ilustrasi [Foto: Dok. Ist]

Jakarta, Kabapedia.com – Prayogo Pangestu, pengusaha yang saat ini tercatat sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia dan Asia Tenggara, telah mencatatkan namanya dalam daftar miliarder dunia dengan kekayaan yang kini melebihi Rp800 triliun. Sebelumnya, kekayaannya sempat menyentuh angka Rp1.115 triliun pada 4 Juli 2024, menurut Forbes Real Time Billionaires. Prayogo juga menduduki peringkat keenam dalam daftar kenaikan kekayaan tertinggi dunia untuk tahun 2024, di belakang Mark Zuckerberg dan Jeff Bezos.

Baca juga:

Prayogo Pangestu adalah pendiri Barito Group, sebuah konglomerat yang beroperasi di sektor petrokimia dan energi di Indonesia. Keberhasilan besar Prayogo datang setelah ia membawa dua perusahaannya—perusahaan pertambangan batu bara Vetrindo Jaya dan perusahaan energi panas bumi terbarukan Brand—ke Bursa Efek Indonesia. Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, Prayogo juga memiliki reputasi sebagai pebisnis ulung yang aktif dalam akuisisi perusahaan, termasuk perusahaan-perusahaan yang sebelumnya dikuasai oleh pihak asing.

Latar belakang Prayogo sangat sederhana. Lahir pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat, ia berasal dari keluarga penyadap karet dan hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SMP. Setelah lulus, Prayogo mencoba peruntungan di Jakarta dan kemudian kembali ke kampung halamannya untuk bekerja sebagai sopir angkot sambil berjualan bumbu dapur dan ikan asin.

Perubahan besar terjadi ketika Prayogo bertemu dengan Burhan Uray, seorang pengusaha kayu asal Malaysia. Kesempatan bekerja di PT Jayanti GR mengubah arah hidupnya. Dalam waktu tujuh tahun, Prayogo diangkat menjadi General Manager di pabrik Hollywood Nusantara di Gresik. Meski sudah sukses, Prayogo memutuskan untuk keluar dari zona nyaman pada tahun 1978 dan membeli perusahaan kayu CPIC Lumberoy yang sedang mengalami kesulitan keuangan.

Dengan modal pinjaman dari bank dan kerja keras, Prayogo berhasil melunasi utangnya dan mengembangkan perusahaan tersebut, yang kemudian menjadi cikal bakal Barito Pasifik. Pada tahun 1990-an, Prayogo turut menyelamatkan Bank Duta milik Presiden Soeharto dari kebangkrutan, yang mengarah pada pemberian proyek besar dan konsesi lahan kepada Prayogo.

Namun, perjalanan Prayogo tidak selalu mulus. Krisis moneter 1998 hampir menghancurkan perusahaannya, namun Prayogo berhasil menemukan peluang baru dengan membeli PT Candra Asri, sebuah perusahaan petrokimia besar. Meskipun banyak yang meragukan keputusan ini, Prayogo berhasil mengatasi utang besar dan merestrukturisasi perusahaan, yang kemudian berkembang pesat.

Prayogo juga mengakuisisi PT Tripol Indonesia Tbk dan menggabungkannya dengan Candra Asri, membentuk PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang kembali melantai di bursa saham Indonesia pada 2011. Kenaikan harga saham yang luar biasa dari perusahaan ini menambah kekayaan Prayogo secara signifikan.

Baca juga:

Kisah Prayogo Pangestu adalah contoh ketekunan, keberanian, dan kecerdasan dalam berbisnis. Dengan berbagai tantangan dan kontroversi yang dihadapinya, Prayogo terus memperluas kerajaan bisnisnya dan mencatatkan prestasi fenomenal di pasar saham Indonesia. [isr]

 

Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network