‘Ibu’ Pegawai Tetap Tanpa Gaji (PTTG) Dalam Keluarga (Mengenang Jasa Ibu di Hari Ibu)

oleh -709 Dilihat
Ilhamni, akademisi prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, UIN Imam Bonjol Padang. [Foto: Dok. Ist]

Oleh: Ilhamni

Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebutan bagi seorang wanita yang melahirkan seseorang. Sebutan bagi wanita yang melahirkan ini juga bermacam macam, umak atau amak bagi orang Minang yang cenderung digunakan di masa dulu atau bahasa gaulnya “jadul”, ummi dengan bahasa Arabnya, mami, mama.

Kesemua istilah itu biasa merujuk atau kembali kepada wanita yang melahirkan. Seorang ibu melakonkan berbagai perannya dalam rumah tangga. Banyak tulisan yang telah menjelaskan peran ibu dalam keluarga. Kali ini kita coba melihat ulang peran yang harus dilakoni seorang ibu.

Ibu berperan sebagai administrator ekonomi keluarga. Seorang ibu harus mampu menyusun anggaran kebutuhan dalam keluarganya. Ia harus mengetahui dan merinci seberapa pemasukan dan menyesuaikannya dengan pengeluaran setiap hari, setiap bulan bahkan setiap tahunnya, membeli kebutuhan dalam keluarga seperti makanan, pakaian, pendidikan, popok, listrik, air dan lain-lain hal-hal kecil dan hal-hal yang tak terduga.

Ibu berperan sebagai koki yang harus handal dalam keluarga. Dia harus bisa menyusun menu yang bisa memenuhi gizi keluarga. Ia harus kreatif untuk membuat menu masakan sehari-hari dengan mempertimbangkan gizi dan variasi makanan agar tidak membosankan bagi anak-anak dan suami serta seluruh anggota keluarga.

Variasi ini juga harus menyesuaikan dengan budget yang tersedia. Dengan demikian ia harus memiliki kemampuan untuk menyajikan makanan bergizi, murah dan tidak membosankan. Hal ini perlu keahlian dan kearifan, apalagi jika dalam anggota keluarga memiliki selera yang berbeda-beda serta apalagi di tengah ekonomi sulit saat ini. Makanan bergizi yang bervariasi memerlukan “saku” yang lebih dalam pengadaannya.

Ibu berperan sebagai pendidik anak-anaknya. Ia harus bisa membantu anak-anaknya untuk dapat berpendidikan baik demi mempersiapkan masa depan mereka. Di rumah, ia juga memikirkan dimana, bagaimana anak-anaknya bisa bersekolah. Memastikan kelengkapan pendidikannya, mulai dari seragam, sepatu, buku, les- les yang diperlukan untuk tambahan pendidikan serta keahlian ekstra bagi anak-anaknya.

Bahkan di rumah seorang ibu juga harus menyediakan waktu untuk duduk bersama anak-anaknya mengajarkan mengerjakan pekerjaan rumah yang terkadang anak harus mengerjakan bersama orang tua, menemani anak-anak membuat tugas di sela-sela tugas rumah dan rasa lelah. Ia juga harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berkata, berbuat dan berperilaku.Terkadang ia juga berperan sebagai tukang ojek antar jemput demi kelancaran pendidikan di tengah hujan, panas dan seliweran kendaraan di jam-jam sibuk. Seorang ibu berperan dalam pendidikan perilaku dan kepribadian anak dan menentukan bagaimana anak di masa depan.

Ibu berperan sebagai pelayan “jamkeskel” alias jaminan kesehatan keluarga. Ia mengabdikan dirinya melayani keluarga memasak setiap hari tak kenal ia sedang lelah atau sakit, membersihkan rumah demi kenyamanan, mencuci pakaian supaya keluarga tetap bersih bahkan plus disetrika supaya anggota keluarga terlihat rapi dan bermarwah di mata orang lain. Ia memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit di dalam rumah dengan baik. Ia berperan melakukan tindakan preventif anggota keluarga sebelum sakit dan merawat ketika sakit. Bahkan ketika seorang anak dalam keadaan sakit, seorang ibu dengan sabar bisa tidak tidur dalam merawat anak-anak dan anggota keluarga.

Ibu terkadang berperan sebagai psikolog yang memberikan ketenangan bagi anggota keluarga. Ketika suami datang dengan beban psikologis dari dunia pekerjaan, sebagai istri di harus bisa memberikan ketenangan seperti yang dilakukan oleh Khadijah terhadap Nabi Muhammad. Ketika anak-anak mengalami tekanan atau bahkan bullying di sekolah, ibu sebagai salah seorang yang berperan memberikan perlindungan dan dekapan penuh kasih sayang dan pembelaan. Ketika anak dalam mengalami masalah, seorang ibu idealnya adalah tempat kembali dalam mencurahkan segala beban, bahkan menampung luapan kekesalan yang dirasakan akibat tekanan dari orang lain.

Keharusan- keharusan yang disandang oleh seorang ibu yang disebutkan di atas akan semakin berat manakala seorang ibu tidak hanya memiliki peran dalam rumah tangga saja, tetapi ia juga harus berperan pula di tengah masyarakat dan bahkan ketika ia menjadi tulang punggung keluarga. Ia harus menopang ekonomi, ia harus bertanggung jawab dalam segala tetek bengek urusan rumah tangga.

Seorang ibu “single parent” dalam sebuah rumah tangga akan mengalami tantangan yang lebih berat. Ia berperan memikul ekonomi seperti berdagang, bekerja di perkantoran, menjadi buruh, dan di waktu bersamaan menjalani urusan operasional dalam rumah tangganya. Di saat seperti ini, seorang ibu misalnya terkadang harus berhadapan dengan urusan kantor yang harus selesai segera dikerjakan dengan mengurus sekolah anak seperti mengambil rapor. Ibu terkadang dihadapkan pada konflik tatkala harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang terkadang datang bersamaan. Terkadang ia harus membayar uang komite sekolah untuk mengambil ijazah salah seorang anak dan anak satu lai butuh uang untuk membeli obat.

Itulah beberapa peran ibu dalam keluarga. Ia telah mendedikasikan dirinya untuk keluarganya mulai anak-anaknya masih kecil, remaja hingga dewasa, bahkan terkadang dengan mengorbankan kebutuhan dirinya sendiri. Seorang ibu rela menahan lapar, manakala yang tersedia tidak mencukupi bagi anak-anaknya dan mau berbohong untuk mengatakan bahwa ia sudah makan. Ia telah menjadi Pegawai Tetap Tanpa Gaji (PTTG) Wajarlah ia mendapatkan penghormatan dan penghargaan salah satunya dengan adanya satu hari dalam setahun untuk mengenang ibu dengan jasa-jasanya. Dalam agama Islampun seorang ibu diletakkan sebagai seorang perempuan yang yang harus dihormati dan dipatuhi karena ia telah mengandung, menyusui dan mengasuh dan memelihara anak-anaknya.

Baca juga: Pentingnya Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak

Nabi Muhammad ketika ditanya oleh seseorang, siapa yang harus dihormati, Nabi menjawab tiga kali “ibumu”, baru setelah itu Nabi menyebutkan “ayahmu”. Wajarlah seorang ibu juga mendapatkan perlakuan yang baik dari seluruh anggota keluarga khususnya dari anak-anaknya berupa kata-kata yang baik, senyuman, bantuan serta perlakuan baik ketika ia dalam keadaan lemah dan membutuhkan apalagi di hari tuanya. Kita doakan semoga ibu-ibu kita mendapatkan kesehatan dan selalu bersemangat dalam mengerjakan perannya dalam keluarga. Bagi ibu-ibu yang sudah tiada, semoga surga tempat untuknya. [***]

 

Tentang Penulis: (Penulis adalah akademisi prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, UIN Imam Bonjol – Email: [email protected])

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.