Paranoia Tiktok x Tokopedia
Tidak bisa dipungkiri bahwa Tiktok memicu banyak kontroversi dari dampak negatif pada pengguna, hingga isu geopolitik di balik pertumbuhan Tiktok sebagai media sosial dan e-commerce yang begitu spektakuler banyak pihak menduga adanya kepentingan nasional Tiongkok. Tiktok dinilai sebagai kepanjangan tangan pemerintah RRC. Para petingginya ditempatkan di perusahaan itu untuk menjamin terjaganya kepentingan pemerintah
Di Tiongkok semua perusahaan swasta maupun Negeri memang tidak cuma bertanggung jawab kepada investor, melainkan juga kepada Partai Komunis China. Itu sebabnya di Bytedance ada komite partai, yang dipimpin Zhang Fuping sejak 2017. Mereka mempelajari pidato Presiden Xi Jinping dan berkomitmen pada inovasi teknologi sesuai arahan partai.
Dukungan pemerintah Tiongkok kepada perusahaan teknologi lokal memang besar. Mereka dimanjakan dengan subsidi riset, potongan pajak dan dukungan lainnya. Termasuk membatasi masuknya perusahaan teknologi internasional ke China. Kedekatan seperti itulah yang membuat Bytedance dilihat sebagai alat propaganda pemerintah Tiongkok. Ruters pernah melaporkan Bytedance meminta aplikasi Babe di Indonesia yang diakuisisinya tahun 2018, untuk menyensor konten kritis terhadap pemerintahan Tiongkok. Itu terjadi hingga pertengahan 2020.
Nah setelah jadi sorotan, Bytedance dan kemudian berkata bahwa mereka berganti pedoman di 2019, dan membuat tim moderasi lokal di Indonesia. Ini kan menunjukkan ya bahwa sebelumnya kontrol konten memang lebih banyak dilakukan oleh Beijing. Semua kontroversi itu membuat Tiktok dilarang di sejumlah negara. Di tahun 2020 misalnya India melarang penggunaan aplikasi Tiktok, karena dicurigai mencuri data pengguna dan mengirimkannya ke server luar negeri, dan itu berarti mengancam kedaulatan India.
Kekhawatiran serupa muncul di Amerika Serikat dan Eropa. Amerika Serikat hampir melarang Tiktok. Beberapa negara Eropa juga melarang penggunaan tiktok di perangkat pemerintah karena dikhawatirkan mengancam keamanan cyber dan potensi disinformasi.
Akademisi Universitas Gadjah Mada, Hargo Utomo mengingatkan bahwa si merger Tiktok dan Tokopedia perlu dicermati, dalam hal kepemilikan data dan keamanan data pengguna. Dia mewanti-wanti agar pemerintah waspada soal perlindungan data, sebab ada kemungkinan data transaksi masyarakat disedot lalu dikendalikan pihak asing. Hargo mengingatkan, yang perlu diwaspadai adalah data ownership dan data security. Undang-undang perlindungan data pribadi akan berkurang maknanya, jika kepemilikan data dan akses terhadap trafik transaksi data dikendali oleh pihak asing.
Penggabungan tiktok dengan Tokopedia juga menyentuh kepentingan geoekonomi dan geopolitik. Ketika perusahaan teknologi Tiongkok berinvestasi di pasar luar negeri, maka langkah Itu bisa diartikan sebagai langkah Tiongkok memperkuat pengaruhnya. Indonesia adalah target strategis karena pasar digitalnya berkembang dengan sangat pesat. Investasi yang dilakukan Tiongkok seringkali dilihat sebagai bagian dari belt and road Initiative. Tujuannya adalah meningkatkan konektivitas dan kerjasama antara Asia Afrika dan Eropa. Nah dalam konteks ini investasi Tiktok di Tokopedia bisa menjadi bagian dari upaya Tiongkok menanamkan kepentingan bisnis, dan juga teknologinya di kawasan yang strategis.
Isu ini menjadi lebih kompleks karena Tokopedia merupakan pemain utama pasar e-commerce Indonesia. Kalau sampai Bytedance memanfaatkan platform Tiktok untuk memajukan kepentingan pemerintah Tiongkok, maka kemitraannya dengan Tokopedia punya implikasi yang luas, di antaranya berpotensi mempengaruhi kebijakan, dan bahkan praktek perdagangan di Indonesia. Dikhawatirkan semua itu akan mengancam prinsip persaingan pasar sehat, dan juga independensi data pengguna.
Saat memberikan pengarahan dalam program pendidikan lembaga ketahanan nasional di Istana Merdeka, Presiden Jokowi mengingatkan “Kita jangan mau terkena kolonialisme di era modern ini. Kita engak sadar, tahu-tahu kita sudah terjajah secara ekonomi.”
Kuda Troya Tiktok
Di ujung perang Troya yang berlangsung selama satu dekade, pasukan Yunani yang dipimpin oleh Odysseus yang cerdik, merancang sebuah tipuan yang jenius. Mereka membangun kuda kayu raksasa, yang kemudian ditinggalkan di gerbang Kota Troya. Kuda itu dibuat seolah-olah menjadi tanda perdamaian Yunani kepada kota Troya yang tengah terkepung. Lalu odysseus menarik kapal-kapalnya menjauh dari Troya.
Dan saat orang-orang Troya melihat kapal-kapal Yunani menghilang di Cakrawala, mereka gembira luar biasa. Troya telah menang begitu pikir mereka. Lalu mereka menarik kuda raksasa masuk ke dalam kota sebagai tanda kemenangan. Mereka enggak sadar kalau di dalam kuda kayu raksasa itu bersembunyi para prajurit elit Yunani, lalu di bawah selimut malam saat prajurit Troya sedang tertidur, para prajurit elit Yunani merangkak keluar lalu membuka gerbang kota untuk rekan-rekan mereka yang telah kembali dengan diam-diam.
Dan hanya dalam satu malam, Kota Troya yang perkasa jatuh ke tangan Yunani.
Baca juga: Strategi Anti-Trend Uniqlo Bikin ZARA Tekuk Lutut!!
Itulah akhir yang dramatis dari perang legendaris itu. Kisah kuda Troya ini mengingatkan kita untuk selalu waspada jangan sampai lengah lebih baik dibilang paranoid, daripada bersikap naif. Kita seharusnya sibuk mengajukan sejuta pertanyaan mengupas semua niatan, serta membangun pagar panjang yang kokoh, bukannya malah sibuk menggelar karpet merah sembari membuka gerbang kedaulatan kita lebar-lebar.
Suara ini disampaikan bukan atas dasar perasaaan negatif, melainkan atas dasar rasa tanggung jawab pada negeri ini, karena apa yang akan terjadi nanti bukan hanya soal bergabungnya dua entitas bisnis, melainkan tentang masa depan ekonomi, sosial, bahkan politik Indonesia. Terakhir, Dr. Indrawan Nugroho mengingatkan “jangan gadaikan masa depan anak-anak kita hanya untuk mengejar keuntungan bisnis jangka pendek.” [isr]
Ikuti Kabapedia.com di Google News