Tulungagung, Kabapedia.com – Bapak Wigiono, seorang sarjana teknik mesin dari ITN Malang, telah membuktikan bahwa lahan kering bisa disulap menjadi subur dan menghasilkan keuntungan besar melalui pemanfaatan pupuk organik. Beliau kini mengelola kebun belimbing di Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
Baca juga:
- Bupati Tanah Datar Minta Bappenas Prioritaskan Bantuan Pembangunan Pertanian dan Pariwisata
- Peternak Muda Sukses Formulasikan Pakan Penggemukan Domba! Dari 30 Ekor Jadi 1.000+ Domba
Dulu, kawasan ini sering dilanda banjir dan tidak bisa ditanami apa pun. Namun, setelah adanya sodetan sungai Kalingrowo, tanah mulai kering dan bisa ditanami. Berawal dari tanaman tebu, kemudian beralih ke rambutan dan jeruk, akhirnya Bapak Wigiono menemukan tanaman yang cocok yaitu belimbing.
“Dulu saya seorang sarjana teknik, namun saya belajar dan berusaha keras untuk bisa sukses bertani. Tanpa belajar dan berusaha, kita tidak akan bisa maju,” ujar Bapak Wigiono. Beliau menyadari pentingnya mengingat Allah dalam setiap langkahnya, karena itu memberikan ketenangan dan arah dalam hidupnya.
Kebun belimbing Bapak Wigiono awalnya hanya seluas satu hektar dengan 60 pohon belimbing. Kini, telah diperluas menjadi 500 batang pohon belimbing. Dalam setiap panen tiga bulanan, kebun ini mampu menghasilkan sekitar 50-60 juta rupiah. “Jika dikumpulkan, dalam setahun bisa mencapai hasil yang luar biasa,” jelasnya.
Rahasia kesuksesan Bapak Wigiono terletak pada penggunaan pupuk organik. Menurutnya, pupuk organik tidak hanya meningkatkan kualitas buah tetapi juga menjaga kesuburan tanah untuk jangka panjang. “Kalau pakai pupuk kimia, tanah akan rusak dalam 10 tahun. Sedangkan dengan organik, tanah tetap subur dan bisa diwariskan kepada anak cucu kita,” kata Bapak Wigiono.
Beliau juga menekankan pentingnya mengetahui kebutuhan tanaman. Ranting yang tidak produktif harus dipangkas agar pohon bisa menghasilkan buah yang besar dan berkualitas. Selain itu, penanganan hama juga menjadi tantangan yang dihadapinya. “Dengan organik, hama bisa berkurang dan biaya perawatan lebih rendah,” tambahnya.
Pemasaran belimbing dari kebun ini telah mencapai berbagai daerah seperti Bali, Solo, Jakarta, Sidoarjo, Surabaya, bahkan Kalimantan dan Sumatera. Namun, ekspor belimbing masih menjadi tantangan karena tekstur kulitnya yang tipis sehingga tidak tahan lama dalam perjalanan.
Belimbing organik Bapak Wigiono juga pernah diekspor melalui perantara yang memiliki sertifikat organik. “Untuk mendapatkan sertifikat organik memang membutuhkan proses yang lama, minimal tiga tahun,” jelasnya.
Bapak Wigiono juga memiliki beberapa petani binaan yang mengelola lahan belimbing dengan standar kualitas yang ditetapkan olehnya. “Saya berharap anak-anak muda bisa memanfaatkan potensi yang ada di sekitar mereka dan tidak mudah menyerah pada halangan,” pesan Bapak Wigiono.
Baca juga:
- Kisah Sukses Penjual Ikan Asin Menjadi Pemilik Bakery Terkenal di Jawa Timur
- Kisah Sukses!! Dari Rongsokan ke Empat Belas Toko Besi, Tiga Kafe dan 8 Kapal Laut
Kebahagiaan bagi Bapak Wigiono adalah melihat orang lain menikmati hasil kerja kerasnya. “Ketika orang mengatakan belimbing kita manis dan enak, itu kebahagiaan tersendiri. Usaha kita berhasil dinikmati orang lain,” tuturnya.
Sebagai penutup, Bapak Wigiono menyampaikan, “Jangan sia-siakan potensi yang ada di sekitar kita. Teruslah berusaha dan jangan berhenti belajar. Dengan mengingat Allah dan bekerja keras, kita pasti bisa sukses.” [isr]
Disclaimer: Artikel ini disusun untuk memberikan inspirasi kepada para petani dan masyarakat umum tentang pentingnya pemanfaatan pupuk organik dalam pertanian serta semangat pantang menyerah dalam mencapai kesuksesan.
Ikuti Kabapedia.com di Google News dan berita lainnya Kabapedia Network di KabaPadang