Dari Konflik ke Stabilitas, Menggali Sejarah dari Peradaban Tertua Manusia: Iran (Bagian 4)

oleh -464 Dilihat
Potret negara Iran. Ilustrasi Sejarah Peradaban Iran [Foto: Dok. Ist]

Kabapedia.com – Pada bulan Januari 1981, dunia menyaksikan sebuah peristiwa dramatis di Iran. Sebanyak 52 orang Amerika disandera selama 444 hari. Upaya penyelamatan oleh militer Amerika berakhir dengan kegagalan. Peristiwa ini memicu gelombang dukungan besar-besaran di Iran dan meningkatkan popularitas Ayatollah Khomeini, yang kemudian menjuluki Amerika sebagai “Si Setan Besar”. Di Amerika, peristiwa ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional dan menciptakan gerakan anti-Iran yang besar.

Peristiwa penyanderaan ini tidak hanya berdampak pada hubungan internasional, tetapi juga memicu krisis ekonomi, politik, dan sosial di Iran. Situasi ini dimanfaatkan oleh Saddam Hussein, pemimpin Irak saat itu, yang melihat peluang untuk mengambil keuntungan dari kekacauan yang disebabkan oleh revolusi Islam dan kelemahan militer Iran.

Baca juga:

Pada tanggal 22 September 1980, Saddam Hussein melancarkan serangan besar-besaran terhadap Iran, dengan ambisi untuk memperluas akses Irak ke Teluk Persia. Serangan ini mengejutkan Khomeini dan rakyat Iran, namun, meski mendominasi pertempuran pada awal peperangan, Angkatan Darat Irak akhirnya dipukul mundur oleh militer Iran.

Perang Iran-Irak, yang seharusnya berakhir pada tahun 1982, berlanjut selama enam tahun lagi dan baru benar-benar berakhir pada tahun 1988 dengan kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi oleh PBB. Perang ini menciptakan kerugian besar di kedua belah pihak dan melanggar aturan perang internasional karena penggunaan senjata kimia oleh Irak.

Setelah gencatan senjata, fokus Iran beralih ke dalam negeri. Mulai dari tahun 1988, pemerintah Iran secara sistematis menghukum mati ribuan tahanan politik dalam peristiwa yang dikenal sebagai Pembantaian Iran 1988.

Pada tahun 1989, menjelang ajalnya, Khomeini menunjuk Ali Khamenei, yang saat itu menjabat sebagai presiden Iran, menjadi pemimpin besar Iran berikutnya. Di bawah pemerintahannya, rezim Iran terlihat sebagai oligarki ulama dibandingkan sebagai konstitusi teokratis.

Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, pengganti Ali di kursi kepresidenan, memusatkan perhatiannya pada pembangunan kembali perekonomian dan infrastruktur yang hancur karena perang. Dia berhasil mengendalikan populasi penduduk dengan pengendalian kelahiran, memotong pengeluaran militer, dan menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga seperti Arab Saudi.

Baca juga:

Namun, ketegangan kembali muncul ketika Rafsanjani digantikan oleh tokoh reformasi Iran, Mohammad Khatami, pada tahun 1997. Pemerintahannya yang berwawasan reformasi cukup berlawanan dengan kaum ulama yang semakin konservatif. Ketegangan ini memuncak pada bulan Juli 1999 dengan protes dan demonstrasi besar-besaran oleh gerakan anti-pemerintah yang pecah di Tehran.

Dengan demikian, perjalanan sejarah Iran adalah perjalanan dari konflik ke stabilitas, dengan banyak tantangan dan perubahan sepanjang jalan. Meski penuh tantangan, Iran terus berusaha untuk mencapai stabilitas dan kemajuan di tengah-tengah konflik dan perubahan. Bersambung…. [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.