Ulasan Film 13 Bom di Jakarta: Aksi dan Intrik dalam Balutan Realisme

oleh -568 Dilihat
Film 13 BOM DI JAKARTA. [Foto: Dok. Ist]

Jakarta, Kabapedia.com – Film aksi memang selalu menarik, terlebih lagi jika diproduksi dengan pendekatan praktikal yang membuat adegan lebih realistis dan seru. Salah satu contoh film seperti ini adalah “13 Bom di Jakarta”.

Baca juga:

Sebelum kita membahas lebih jauh, perlu disampaikan bahwa ulasan ini berdasarkan pengamatan Kabapedia.com pada behind the scene produksi film ini, yang membantu membangun ekspektasi.

Sinopsis dan Pemeran

“13 Bom di Jakarta”, sebuah film garapan Angga Dwi Masasongko, bercerita tentang kota Jakarta yang menerima ancaman bom dari komplotan Arok, diperankan oleh Rio Dewanto. Mereka merencanakan untuk meledakkan 13 bom yang sudah mereka taruh di 13 titik di sekitar kota Jakarta. Ancaman ini harus dihadapi oleh petugas Badan Kontra Terorisme Indonesia sambil memecahkan teka-teki di balik teror ini demi menyelamatkan kota dari bahaya yang mengancam.

Selain Rio Dewanto, film ini juga dibintangi oleh Chiko Kurniawan sebagai Oskar, Ardito Pramono sebagai William, Lutesa sebagai Agnes, Niken Anjani sebagai Gita, Ganendra Bimo sebagai Emil, Putri Ayudia sebagai Karin, Muhammad KH sebagai Waluyo, dan sejumlah pemeran lainnya.

Produksi dan Kualitas Aksi

Vis Pictures memberikan label kepada film ini sebagai film action terbesar Indonesia tahun ini. Dengan budget yang cukup besar, tim produksi benar-benar memaksimalkan anggaran mereka dengan menciptakan set kantor ICTA hingga markas terorisme dengan detail yang luar biasa.

Penggunaan senjata api sungguhan dengan peluru hampa juga memberikan efek tembakan yang terasa nyata dan meningkatkan kualitas sajian aksi dalam film ini. Penggunaan efek praktikal seperti ledakan bom sungguhan juga memberikan keautentikan pada adegan ledakan dalam film ini.

Karakter dan Naskah

Kelebihan lainnya yang sangat bisa kita temukan adalah kekayaan naskah akan karakter-karakter. Naskahnya membawa penonton dekat dengan karakter-karakter tersebut, memungkinkan penonton untuk bisa merasa terhubung dan terlibat secara emosional. Screen time mereka terbagi secara proporsional, tentu saja sesuai dengan keperluan cerita, baik itu karakter protagonis maupun karakter antagonis.

Sosial dan Komedi

Selain itu, film ini juga menyoroti kehidupan sosial kelas bawah di Jakarta. Motif utama terorisme yang muncul dalam film ini terkait dengan kondisi sosial dan ketidaksetaraan di masyarakat. Meskipun tidak terlalu vulgar, film ini berhasil menyampaikan pesan tersebut melalui adegan dan juga dialog. Selain memberikan ketegangan dan sajian aksi yang luar biasa, film ini juga tidak lupa menyelipkan unsur komedi di dalamnya yang berhasil membuat penonton tertawa.

Baca juga:

Dengan dibuatnya “13 Bom di Jakarta”, ini menandai bangkitnya film aksi di Indonesia dengan skala sebesar ini. Dengan dukungan budget yang sangat bombastis, film ini membuktikan bahwa industri perfilman Indonesia sebenarnya mampu bersaing dalam genre aksi yang memerlukan produksi dengan skala besar. Jadi, bukan pertanyaan apakah film ini layak untuk ditonton, tapi kalian harus menonton film ini agar sineas lokal kita tidak akan ragu untuk mengerahkan seluruh kemampuannya menggarap film action dengan skala yang sebesar atau bahkan mungkin jauh lebih besar daripada “13 Bom di Jakarta”.

Terima kasih buat kalian yang sudah membaca ulasan ini. Jika kalian sudah menonton, kalian boleh kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar di bawah ya. Sampai jumpa di ulasan film selanjutnya! [isr]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News