Pada puncak kejayaannya, kapal Jong Jawa menjadi kapal terbesar dalam sejarah dunia. Kapal ini berbeda dengan Jong Cina; Jong Jawa terbuat dari kayu jati, sangat tebal, dan konstruksinya sangat kuat. Mereka dilengkapi dengan layar Tanja dan memiliki dua kemudi. Duarte Barbosa, seorang perwira Portugis, melaporkan bahwa kapal Jawa memiliki empat tiang layar, jauh lebih besar dari kapal Portugis, dan mampu mengangkut berbagai barang serta komoditas.
Namun, ukuran besar Jong Jawa menjadi kelemahan ketika menghadapi kapal-kapal Eropa yang lebih kecil dan lincah. Setelah beberapa kekalahan, pembuat kapal Jawa mulai merancang kapal yang lebih kecil dan cepat. Sejak pertengahan abad ke-16, kapal-kapal seperti lancaran, gurap, dan gali mulai digunakan sebagai kekuatan angkatan laut.
Keberadaan kapal Jong Jawa yang besar dan kuat akhirnya mulai memudar setelah berbagai kebijakan kerajaan, terutama setelah kekalahan mereka terhadap Portugis dan fokus pada kekuatan darat. Kebijakan Amangkurat I untuk menghancurkan kapal-kapal besar di kota-kota pesisir dan larangan VOC terhadap pembuatan kapal besar semakin mempercepat hilangnya tradisi maritim ini.
Baca juga:
- Menyibak Sejarah Banjir Lembah Anai 1892, Padang-Bukittinggi Luluh Lantak Dihantam Banjir Bandang
- Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024: Jejak Sejarah Maritim Indonesia Kembali Dilacak
Sejarah maritim Nusantara sering kali terlupakan, padahal selama berabad-abad, Nusantara pernah berjaya di lautan dengan kapal Jong-nya, membawa rempah-rempah ke berbagai penjuru dunia. Peradaban kapal Jong yang melampaui zamannya kini hanya tersisa dalam lembaran sejarah yang hampir terlupakan. [isr]
Ikuti Google News dan KabaPadang dari Kabapedia Network
