Kabapedia.com – “Mengapa Thailand Selatan Berpenduduk Mayoritas Muslim?” Kabapedia.com akan mengulas topik tersebut pada ulasan kali ini. Thailand, atau secara resmi Kerajaan Thailand, terletak di Semenanjung Indochina di Asia Tenggara. Dikenal sebagai negara mayoritas Buddha dengan komunitas Buddhis terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, agama ini telah lama menjadi bagian dari identitas budaya Thailand. Namun, tahukah Anda bahwa di Thailand bagian selatan terdapat wilayah dengan mayoritas penduduk beragama Islam?
Baca juga:
- Sejarah Masuknya Islam di Semenanjung Malaya hingga Indonesia
- Transformasi dari Monarki ke Republik Islam: Menggali Sejarah dari Peradaban Tertua Manusia: Iran (Bagian 3)
Wilayah Thailand Selatan, yang juga dikenal sebagai Siam Selatan atau Tambralinga, adalah kawasan budaya yang terpisah dari wilayah Thailand Tengah oleh Tanah Genting Kra. Secara geografis, wilayah ini terletak di bagian utara Semenanjung Melayu, berbatasan dengan Malaysia di selatan, mencakup 14 provinsi, termasuk Pattani, Yala, dan Narathiwat. Thailand Selatan adalah rumah bagi sekitar 9,4 juta penduduk dengan kepadatan penduduk sekitar 134 jiwa per kilometer persegi.
Meskipun bahasa Thai adalah bahasa resmi di Thailand, mayoritas penduduk Thailand Selatan menggunakan bahasa Thai Selatan sebagai bahasa ibu mereka. Di wilayah ini, agama Islam mendominasi, khususnya di provinsi-provinsi yang berbatasan dengan Malaysia. Islam di Thailand Selatan memiliki sejarah panjang yang dimulai jauh sebelum terbentuknya negara Thailand modern. Masuknya Islam dipengaruhi oleh perdagangan dan penyebaran ajaran agama oleh para pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India sejak abad ke-9. Pada abad ke-12 hingga 15, kerajaan Melayu seperti Pattani telah mengadopsi agama Islam, menjadikannya pusat pembelajaran agama dan budaya Melayu Islam di Thailand Selatan.
Kesultanan Pattani yang berpengaruh menjadi salah satu pusat Islam di Thailand Selatan, menjalin hubungan erat dengan kerajaan Muslim lain di Semenanjung Melayu, seperti Malaka dan Aceh. Penyebaran agama Islam juga didukung oleh dakwah para ulama dan mubaligh serta melalui perkawinan antara pedagang Muslim dan penduduk setempat, yang membantu Islam semakin mengakar di wilayah ini. Selama bertahun-tahun, Pattani tetap mempertahankan otonomi internalnya meskipun secara formal berada di bawah kekuasaan kerajaan Siam. Namun, hubungan antara Pattani dan Siam tidak selalu harmonis. Pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18, pemberontakan sering terjadi, mendorong Raja Rama II dari Siam untuk membagi wilayah Pattani menjadi tujuh negeri kecil yang disebut “Seven States of Patani” guna melemahkan kekuatan politiknya.
Seiring pengaruh kolonial Eropa semakin kuat di Asia Tenggara, pada tahun 1909 perjanjian Anglo-Siam antara Britania Raya dan Siam memperkuat kontrol Siam atas Pattani. Pattani secara resmi menjadi bagian dari Thailand modern, yang kemudian memicu ketegangan berkepanjangan di Thailand Selatan. Konflik yang berlangsung selama lebih dari 60 tahun ini berawal dari kebijakan asimilasi atau Thaifikasi yang diterapkan oleh pemerintah Thailand pada tahun 1960-an. Kebijakan ini mengharuskan kelompok etnis Melayu Muslim di wilayah selatan untuk menyerap budaya dan agama mayoritas Thailand. Kebijakan tersebut menyebabkan pembatasan penggunaan bahasa Melayu, pengajaran Islam di sekolah-sekolah, dan tindakan represif aparat terhadap komunitas Melayu Muslim, sehingga memicu konflik yang melibatkan etnis, agama, hingga organisasi kriminal dan separatis.
Baca juga:
- Sejarah Rohingya: Etnis Tanpa Tanah dan Harapan Masa Depan
- Menengok Bayan Ulgii: Kota Kantung Umat Islam di Mongolia
Saat ini, pemerintah Thailand telah berupaya menurunkan ketegangan dengan dialog dan promosi pembangunan ekonomi, meskipun dampaknya masih terbatas. Kebebasan beragama diakui, dan pemerintah Thailand mengizinkan komunitas Muslim menjalankan ibadah serta membangun masjid. Mufti yang diangkat sebagai Syaikhul Islam, bertanggung jawab atas urusan Islam di negara ini, sementara lembaga keuangan dan sekolah Islam juga telah berkembang di Thailand. Di tengah tantangan sejarah dan sosial yang panjang, Thailand Selatan tetap menjadi wilayah yang memperkaya keberagaman budaya dan agama Thailand. [isr]