Benarkah Susu Kental Manis Sebabkan Anak Stunting? Ini Penjelasan Ahli

oleh -1149 Dilihat
Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat (paling kanan). [Foto: Dok. Kabapedia.com]

Padangpariaman, Kabapedia.com – Pemberian Susu Kental Manis (SKM) kerap menjadi pilihan bagi para ibu sebagai pengganti air susu ibu (ASI). Padahal, SKM bukan susu dan berpotensi menyebabkan diabetes dan stunting pada anak.

Ketua Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), Arif Hidayat menyebutkan, kandungan gula pada SKM cukup tinggi, sementara kandungan Proteinya sangat rendah. Hal tersebut akan membuat daya tahan tubuh anak menjadi rendah dan nafsu makan akan berkurang. Sehingga anak akan mudah terkena penyakit Diabetes dan Stunting.

“salah satu dampak nyata dari pemberian SKM pada anak adalah diabetes dan stunting,” sebut Arif Hidayat dalam acara Sosialisasi Gizi Yaici – PP Muslimat NU dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional ke – 39 di Kantor Wali Nagari Pungguang Kasiak, Lubuk Alung, Kabupaten Padangpariaman, Rabu (2/8/2023).

Dia menjelaskan, hal ini dikarenakan SKM proteinnya rendah dan gulanya tinggi. Kedua hal inilah yang membuat anak cepat kenyang dan enggan mengkonsumsi makanan lain. Dengan ini tentu anak akan mengalami kekurangan gizi.

Kegiatan yang mengusung Tema Edukasi Pemenuhan Gizi Balita dan Kental Peruntukan Kental Manis tersebut dihadiri langsung oleh Wali Nagari Pungguang Kasiak, Dodi Marten dan Ahli Gizi Puskesmas Lubuk Alung, Yusvita Lianti dan perwakilan masyarakat lebih 10 Korong di Nagari tersebut.

Lebih lanjut Arif menjelaskan, pemberian SKM sebagai pengganti susu dinilai terjadi karena kurangnya literasi yang diterima orang tua terkait kebutuhan gizi anak. Iklan dan propaganda yang telah dilakukan sejak lama menyoal SKM sebagai bagian dari susu juga jadi salah satu penyebabnya.

Bahkan, meski informasi di atas kini sudah cukup populer, beberapa toko masih saja menyandingkan SKM dengan produk susu lainnya. Hal ini juga yang membuat orang tua tetap memperlakukan SKM sebagai susu.

“Banyak yang salah dalam pemberian SKM ini, Padahal, untuk jangka pendek bisa memicu malnutrisi seperti sindrom metabolik dan obesitas. Kalau jangka panjang bisa diabetes, kolesterol, jantung, dan ujung-ujungnya jadi stunting,” kata Arif.

Dia menjelaskan, susu kental manis merupakan produk yang memiliki kadar lemak susu tidak kurang dari 8% dan kadar protein tak kurang dari 6,5%. Jika ini dikonsumsi secara terus menerus akan menyebabkan anak secara perlahan mengalami defisiensi mikronutrien atau kekurangan gizi mikro yang salah satunya adalah zink atau protein hewani yang bisa didapat dari ikan ataupun telur.

Jika berat badan anak terus menurun, maka anak bisa terindikasi terkena stunting akibat kekurangan gizi kronis.

Arif menuturkan, susu kental manis dapat dikenalkan pada anak jika usianya sudah di atas lima tahun. Namun, harus diperkenalkan sebagai topping makanan saja, bukan sebagai pengganti ASI eksklusif ataupun kebutuhan protein pada anak.

Sayangnya, hal tersebut belum bisa dipahami oleh banyak orang tua di Indonesia. Banyak kasus yang ditemukan, orang tua memberikan susu kental manis yang dianggap sebagai susu untuk membuat anak kenyang.

Sementara itu Ahli Gizi Puskesmas Lubuk Alung Yuspita Lianti mengatakan, kurangnya literasi memicu terjadi hal tersebut. Meskipun demikian pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga pola makan dan pemberian protein dan gizi kepada anak. Jangan sampai ketidaktahuan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan sehingga memicu tingginya Stunting di daerah itu.

“Terutama kamis sangat apresiasi dengan kegiatan ini, dan kami akan terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait dalam melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terutama persoalan SKM ini, ” ujarnya.

Wali Nagari Pungguang Kasiah, Dodi Marten mengatakan, akan terus melakukan koordinasi dengan puskesmas terkait sosialisasi kesehatan dan pemakaian SKM pada masyarakat. Dengan harapan akan dapat merubah paradigma akan kebutuhan makanan yang baik terhadap anak dan dapat mencegah meningkatnya angka Stunting di daerah itu.

“Dengan adanya pembekalan ini diharapkan para ibu dapat meningkatkan pengetahuannya dan mematuhi anjuran kesehatan, apalagi pada peruntukan SKM, sehingga asupan gula anak tidak berlebihan yang bisa memicu stunting,” ujarnya.

Baca juga: Bukan Hanya Gadai, Ini Produk Pegadaian yang Memudahkan Masyarakat

Ia menyarankan agar orang tua dapat memaksimalkan pemberian ASI eksklusif dan mengolah makanan lokal sebagai MPASI agar gizinya dapat terpenuhi. [fmi/Kpd]

 

Ikuti Kabapedia.com di Google News

No More Posts Available.

No more pages to load.